[caption caption="ill - dreamstime.com"][/caption]pada puisi
pada waktu
yang duduk, berdiri, berjalan
hingga tertidur
lalu,
terbangun
selanjutnya mulai dari awal lagi
begitu seterusnya
begitukah puisi?
yang tak lebih dari sekadar pelengkap penderita
di antara barisan kata-kata yang mubadzir
seperti debu dalam angin?
mungkin tidak
ini cuma soal waktu dan tempat
dan cara memahami semata
tak perlu difikirkan atau diperdebatkan!
bahwa sekali waktu
puisi bisa saja berada di tempat dan waktu yang keliru
sebagaimana sastra
yang konon kabarnya sering mati di dalam bilik penjara kata-kata
â– sumur serambi sentul, 01/03/2016 â–
■©2016-arrie boediman la ede â–
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!