Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Memahami Frasa "Strategi Militer" ala Luhut soal Pelarangan Mudik oleh Pemerintah

21 April 2020   18:21 Diperbarui: 22 April 2020   06:03 1673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Luhut saat tinjau KEK Mandalika. (KOMPAS.COM/IDHAM KHALID)

"Strategi militer"? Ada sebuah referensi tentang definisi strategi militer yang dikatakan Luhut ini yaitu yang dikatakan oleh bapak studi strategi modern, Carl von Clausewitz.

Menurut Clausewitz, strategi militer didefinisikan sebagai "kerja pertempuran untuk mendapatkan akhir perang." 

Lebih lanjut disebutkan bahwa strategi militer pada abad ke-19 masih dipandang sebagai salah satu dari "seni" atau "ilmu" yang mengatur pelaksanaan peperangan; seperti  taktik, pelaksanaan rencana dan manuver kekuatan dalam pertempuran, dan logistik, pemeliharaan pasukan tentara.

Lalu apa hubungannya dengan mudik, apakah Luhut lebay dengan menggunakan istilah ini?

Menurut penulis tidaklah demikian. Memang tidak sedang dalam situasi perang dalam keadaan yang sebenarnya, tapi jika dipandang bahwa pelarangan mudik memang adalah sebuah kebijakan yang serius dan dipertimbangkan dengan matang, maka strategi tingkat tinggi memang harus digunakan. 

Baca Juga : Belajarlah dari Rusuh Lockdown India,  Keputusan Mudik Bukanlah Soal yang Mudah

Mengapa soal mudik ini adalah sesuatu yang serius? Penulis berulangkali menggunakan India sebagai contoh. Saat India menerapkan lockdown lalu chaos terjadi, salah satu faktor penyebabnya adalah urusan mudik pemudik.

Penyebab utamanya adalah pemerintah tidak mampu menyiapkan logistik yang cukup di kota-kota besar, sehingga pekerja migran yang tinggal sementara di kota akhirnya "memberontak" dan memutuskan untuk mudik secara gila-gilaan.

Jumlahnya sangat banyak, dan transportasi jgua tidak dipersiapkan dengan baik, akhirnya menimbulkan kerumunan. Paling parah adalah gelombang kepulangan mereka membuat kampung yang menerima mereka juga kewalahan di tengah kekhawatiran bahwa para pemudik ini membawa virus covid-19.

Mungkin ada yang menilai bahwa kejadian di India tidak mungkin terjadi di Indonesia. Namun dengan jumlah pemudik di Jabodetabek yang bisa mencapai 20 juta jiwa, maka memang perlu waspada dengan pertimbangan yang serius soal ini.

Tentunya, peristiwa di India tidak diinginkan terjadi di Indonesia, sehingga perlu dibuat pilot project terlebih dahulu untuk menilai keberhasilannya dari tahapan dalam strategi ini seperti yang diterapkan di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun