"Sebab ayah pengalaman melihat anak-anak di sini (dikampung ku) banyak yang mengenyam pendidikan di rantau belum berhasil sudah pulang. Pengalaman itulah yang sang ayah takutkan jangan sampai perjuanganku sia-sia."
Aku pun pergi namun ucapan itu selalu membekas di memori ingatanku yang ku bawah sampai di negeri rantau serta dalam hati kecilku berkata:Â
"Baiklah ayah kalau itu yang menjadi kekhawatiran mu akan ku buktikan bahwa aku dapat bertahan dan mengubah kekhawatiran mu menjadi kebanggaan.
***---
Sampailah aku di Kota Tinutuan, kota impianku yang selama ini ku impikan telah terwujud.Â
Singkat cerita. Aku didaftarkan di salah satu Perguruan Tinggi di kota tersebut yaitu Universitas Sam Ratulangi. Namun jurusan yang ku pilih "telah di batasi oleh universitas yaitu teknik (dibatasi kuota penerimaan di luar Sulawesi)."
Aku pun kecewa setelah mendengar dan melihat sebuah pemberitahuan yang ditempelkan di dinding tembok tempat penerimaan mahasiswa baru. Kami (saya bersama saudaraku) pun ke luar dari ruangan tersebut.
Tepat di samping ruangan itu kami duduk sambil bercerita. Dengan spontan saudaraku memberikan saya saran serta pilihan, ia bertanya: "Kalau kamu tetap bertahan untuk mengambil jurusan teknik lebih baik saya daftarkan di Perguruan Tinggi lain (Universitas Negeri Manado) atau kalau kamu tetap kuliah di sini kamu harus pindah atau memilih jurusan lain, bagaiman?"
Sejenak aku terdiam! "Dalam pikiranku bertanya-tanya aku harus bagaimana?"
Apakah aku harus pulang? Bagaimana dengan ucapan ayah kalau aku pulang nanti?Â
Berselang beberapa menit aku mengiyakan saran kedua yaitu tetap kuliah di Universitas Sam Ratulangi  namun masih bingung mau pilih jurusan apa.