Sekali lagi kau memperkenan dirimu
Lewat tatap mata perlambang kepahitan
Tatapmu, meski pahit namun citramu meneduhkan
Aku tak mampu menepikan hangat sentuhmu
Entah mengapa aku s'lalu menanti kedua tangan memegang wajahku
Walaupun tangan halusmu juga digenggam olehnya
Lalu kau berkata-kata dengan mulut perlambang dusta
Kau bilang, aku adalah satu-satunya dunia yang kautemukan tanpa munafik dan sandiwara
Aku mohon dengan segenap rasa yang t'lah menyerpih
Jangan buatku hidup dalam kekosongan sosokmu
Tiap katamu kuyakini ialah hutang yang ''kan terlunasi
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!