Mohon tunggu...
Arman Syarif
Arman Syarif Mohon Tunggu... Guru - Pencinta kopi dan sunyi

Lahir di Togo-togo, Jeneponto, Sul Sel. Instagram : arman_syarif_

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Zaman yang Sepi

19 September 2019   14:54 Diperbarui: 19 September 2019   15:05 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pixabay.com

Biji-biji mata telah beralih
mulut-mulut kian gagu
tangan-tangan tak lagi akrab bersalaman
demi sepotong kebahagiaan
ramai orang tinggalkan dunia realita
hijrah ke dunia lain

tapi kekeluargaan tergerus
cendawan individualisme kian subur
keramahan alam dan manusia
pelan menghilang
pun canda tawa tatapan langsung
mulai dilupakan
tegur sapa seadanya saja

kini tersisa sepi merambak
pekarangan rumah sepi
perkampungan kumuh sepi
kolong jembatan sepi
jalanan sepi
selokan sepi
lautan sepi
sungai-sungai sepi

hutan-hutan sepi
pohon-pohon sepi
gunung-gunung sepi
gubuk-gubuk sepi
kuburan sepi
rumah ibadah sepi
sepi dari perhatian manusia
pada sibuk mengutui diri
dan berseliweran di dunia maya

(Makassar, 19/09/2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun