“Papa, Mama, aku mau main!”
Tetapi, usahanya tak membuahkan hasil. Pintu itu kemudian tertutup, Papa dan Mama tak lagi terlihat olehnya. Amelia mulai menangis, ia tak suka dengan semua ini. Ia tak suka dengan perempuan berbaju biru yang kini sedang berusaha menenangkan dan menghiburnya. Ia hanya mau bermain. Ia hanya mau Papa dan Mama.
***
Mainan berserakan di lantai. Amelia duduk memeluk boneka kelinci kesayangannya, Lili—hadiah ulang tahun dari Papa tahun lalu. Matanya melihat ke arah perempuan berbaju biru yang sedang duduk di sofa, menonton televisi. Amelia memegang telinga panjang dari boneka kelinci tersebut sambil menghela napas, merasa bosan.
Amelia menoleh ke jendela. Di taman, seorang gadis seusianya—lebih tinggi sedikit—tersenyum dan melambaikan tangan. Amelia menoleh ke perempuan berbaju biru, lalu kembali ke jendela. Gadis itu masih melambai.
Lama melihat, Amelia memutuskan untuk berdiri, memeluk boneka kelinci kesayangannya, lalu berjalan ke taman.
“Halo, nama kamu siapa?” Tanya gadis itu setelah Amelia berdiri di hadapannya.
Menunduk malu-malu, Amelia menjawab dengan ragu dan suaranya yang kecil. Gadis itu mengangguk lalu bertanya kembali dengan ceria, “Lalu, ini siapa?” Tanyanya sambil menunjuk ke arah boneka kelinci yang dipeluk erat Amelia.
“Lili.”
“Halo, Amelia, Lili. Aku Nana, salam kenal, ya!”
Gadis itu sangat riang, membuat Amelia merasa terpukau sekaligus nyaman dibuatnya. “Mau main bersama, Amelia?”