Mohon tunggu...
Ihsan Ariswanto
Ihsan Ariswanto Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Orang desa. Pekerja serabutan. Ingin jadi peternak kelak. https://ariswanto.github.io

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kompor Tenaga Jin (Bagian 2)

22 Oktober 2015   00:34 Diperbarui: 22 Oktober 2015   00:34 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitulah. Malamnya aku memboncengkan Pak Sudrajat menuju ke rumah temannya. Sepanjang perjalanan, Pak Sudrajat menceritakan tentang temannya itu. Namanya Pak Prawiro. Dia adalah kakak seperguruan Pak Sudrajat.

Cukup jauh rumahnya, hampir mendekati Kali Progo. Perlu waktu empat puluh lima menit sebelum kami masuk ke satu jalan kecil yang mengarah ke rumah Pak Prawiro. Setelah melintas sekitar lima ratus meter di jalan kecil ini, akhirnya sampai juga kami di tujuan.

“Pengobatan Tradisional Prawiro / Besar dan Panjangkan Seketika / Khusus Pria”. Entah mengapa, perasaanku tidak enak membaca spanduk yang terbentang di depan rumah Pak Prawiro ini. Di pelataran terlihat sebuah mobil dan tiga sepeda motor parkir di sana. Sepertinya pasien-pasien Pak Prawiro.

Kami tidak masuk melalui pintu depan, melainkan di sebuah pintu samping. Pak Sudrajat sepertinya sudah hafal bahwa keluarga Pak Prawiro menempati bagian ini, terpisah dari ruang utama yang digunakan untuk menerima pasien.

Istri Pak Prawiro menyambut kami. Orangnya kelihatan ramah. Setelah beberapa saat, kami disuguhi kopi. Pak Prawiro berbincang dengan Istri Pak Prawiro (sebut saja Bu Prawiro), sementara aku sesekali menimpali ketika ditanya oleh Bu Prawiro.

Kami berbincang sekitar satu jam. Aku dengar satu persatu kendaraan yang tadi diparkir telah meninggalkan tempat. Bu Prawiro beranjak ke ruang praktik untuk memberitahu Pak Prawiro mengenai kedatangan kami.

Woh, kowe to Jat, wis awit mau?” Pak Prawiro muncul sambil menyalami kami berdua. Orangnya terlihat sudah berumur namun masih gagah. Bersarung dan mengenakan kaos warna hitam berlengan panjang. Bu Prawiro muncul kemudian, lalu pamitan pada kami untuk istirahat.

Setelah saling menanyakan kabar, Pak Sudrajat mengungkapkan maksud kedatangannya. “Kang, kalau mobil sampeyan tidak dipakai, aku mau pinjam besok Sabtu, mau ngajak bocah-bocah ke Gunung Kidul.”

Pak Prawiro malah tertawa mendengar permintaan Pak Sudrajat. “Jat, Jat, kamu itu. Coba kalau kamu dari dulu mau buka praktik seperti aku, pasti sekarang sudah bisa beli mobil sendiri. Ora nyilih wae. Sudah susah-susah belajar kok tidak dimanfaatkan.

Aku baru tahu, ternyata Pak Sudrajat juga menguasai ilmu besar dan panjangkan. Sepertinya beliau punya alasan tersendiri tidak mau membuka praktik seperti ini.

Belum sempat Pak Sudrajat menimpali, Pak Prawiro melanjutkan perkataannya. “Ya wis, begini saja, kalian boleh pinjam mobilku tapi tidak gratis.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun