Mohon tunggu...
Aris Permana
Aris Permana Mohon Tunggu... Guru Bahasa Indonesia MTs PUI KASTURI

Hobi menulis sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tiba - tiba Januari Berlalu

1 Februari 2025   22:50 Diperbarui: 1 Februari 2025   22:45 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiba-Tiba Januari Berlalu

Aris Permana, S.Pd


"Aku masih ingat saat pertama kali bertemu dengannya. Wajahnya yang cerah, senyumnya yang manis, dan matanya yang berkilau seperti bintang di malam yang gelap. Namanya Adinda, dan aku langsung jatuh cinta padanya.

Kami bertemu di sebuah kafe kecil di pinggir kota. Aku sedang menulis cerita, dan dia sedang membaca buku. Kami berbicara tentang buku dan cerita, dan aku menemukan bahwa kami memiliki banyak kesamaan.

Seiring waktu, aku semakin jatuh cinta padanya. Kami mulai berjalan-jalan bersama, menonton film bersama, dan berbagi cerita dan impian kami. Aku merasa seperti telah menemukan jiwa kembaranku.

Tapi, seperti yang sering terjadi, cinta kami tidaklah semudah yang kami pikirkan. Adinda memiliki tujuan yang jelas, yaitu menjadi seorang penulis terkenal. Aku, di sisi lain, masih belum yakin tentang tujuan hidupku.

Suatu hari, Adinda mengajakku untuk pergi ke sebuah tempat yang indah. Kami pergi ke pantai, dan menikmati sunset bersama. Aku merasa seperti sedang berada di surga.

Tapi, saat kami sedang menikmati sunset, Adinda tiba-tiba mengatakan bahwa dia harus pergi ke luar negeri untuk mengejar impiannya. Aku merasa seperti kehilangan sebagian dari diriku sendiri.

"Aku tidak bisa meninggalkanmu," aku berkata.

"Tapi, aku harus pergi," Adinda menjawab. "Aku memiliki tujuan yang harus aku capai."

Aku merasa seperti sedang berada di persimpangan jalan. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Tapi, aku tahu bahwa aku tidak bisa meninggalkan Adinda.

"Bagaimana jika aku ikut denganmu?" aku bertanya.

Adinda menatapku dengan mata yang berkilau. "Aku tidak bisa membiarkanmu ikut dengan aku," dia berkata. "Aku harus melakukan ini sendiri."

Aku merasa seperti kehilangan sebagian dari diriku sendiri. Tapi, aku tahu bahwa aku harus mendukung Adinda dalam mencapai tujuannya.

"Baiklah," aku berkata. "Aku akan menunggumu kembali."

Adinda tersenyum, dan kami berpelukan. Aku merasa seperti sedang berada di surga.

Tapi, saat Adinda pergi, aku merasa seperti sedang berada di neraka. Aku merasa seperti kehilangan sebagian dari diriku sendiri.

Januari berlalu, dan aku masih menunggu Adinda kembali. Aku masih berharap bahwa dia akan kembali kepadaku. Tapi, aku tahu bahwa aku harus terus maju, tidak peduli apa pun yang terjadi.

Tiba-tiba Januari berlalu, dan aku masih menunggu. Tapi, aku tahu bahwa aku tidak akan pernah menyerah. Aku akan terus menunggu, dan berharap bahwa Adinda akan kembali kepadaku.

@risper2509_gurbindomtspuikasturi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun