2. Dunia Tidak Berjalan di Atas Meritokrasi Murni
Peluang, kondisi sosial, dan lingkungan sering kali lebih berpengaruh daripada sekadar usaha individu. Ada yang lahir dalam kondisi yang menguntungkan, ada yang sejak awal harus mendaki gunung terjal hanya untuk bertahan.
3. Keikhlasan: Benteng dari KekecewaanÂ
Jika hidup adalah persamaan matematika, maka keikhlasan menjadi tidak relevan. Namun, karena dunia ini penuh ketidakpastian, keikhlasan adalah satu-satunya tameng agar seseorang tidak hancur ketika kenyataan tidak sesuai harapan.
Kesalahan Fatal: Mengira Usaha dan Hasil Pasti Berbanding Lurus
Ada dogma keliru yang sering dijual di atas mimbar motivasi: bahwa setiap usaha pasti berbuah manis. Bahwa rezeki datang sesuai dengan jumlah doa yang dilantunkan atau amal yang dikeluarkan.Â
Ini menjadikan Tuhan seolah-olah pedagang yang melayani manusia berdasarkan transaksi amalnya. Namun, realitas berbicara lain.
Jika semua usaha pasti berhasil, mengapa ada yang gagal meski sudah berjuang seumur hidup? Jika semua kebaikan pasti dibalas dengan kemakmuran, mengapa masih ada orang saleh yang hidup dalam kesulitan? Dunia ini tidak berjalan sesuai dengan ekspektasi manusia.
Lebih parah lagi, pemahaman keliru ini melahirkan ilusi kendali penuh atas hidup. Ketika realitas menghantam dan hasil tidak sesuai ekspektasi, yang disalahkan adalah kurangnya usaha atau kurangnya doa, seakan-akan kehidupan hanyalah sekadar mekanisme jual-beli dengan Tuhan.
Kesimpulan: Sunatullah Itu Dinamis, Bukan Persamaan Matematika
Sunatullah bukan formula yang bisa dijumlahkan dan diprediksi dengan kepastian mutlak. Keberhasilan dan kegagalan, rezeki dan kemiskinan, semua berjalan dalam tarian yang jauh lebih kompleks daripada sekadar kerja keras dan hitungan amal.Â