Minggu pagi di Pasar Tamu Sabindo. Seperti biasa suasana pasar mingguan yang berlokasi di Jalan Habib Sheikh ini ramai dengan pedagang dan pembeli.
Para pedagang menjajakan beragam hasil bumi, sayur-mayur, ikan segar, hingga penganan tradisional dijajakan di sini. Selain itu terdapat pula pedagang yang menjajakan pakaian, tanaman segar, hewan peliharaan dan perangkat elektronik sederhana.
Sementara di setiap perempatan, para pengamen sudah beraksi menyanyikan lagu dangdut ataupun nasyid.
Dengan aneka ragam aktivitas pedagang dan pembeli, pasar ini menjadi salah satu pusat aktivitas warga setiap akhir pekan untuk berbelanja atau sekedar jalan-jalan.
Sama seperti sebagian warga Tawau, pagi ini penulis pun meramaikan pasar Tamu Sabindo. Dari sekian banyak barang yang dijajakan, salah satu yang menarik perhatian adalah kue tradisional berwarna coklat berbentuk bulat kecil dengan taburan wijen di atasnya.
“Silahkan, itu kue Baruasa, sekantong 5 Ringgit,” ujar seorang ibu penjual di Pasar Tamu Sabindo, Tawau, dengan logat Bugis yang masih kental, saat melihat saya menatap kantung-kantung kue kecil berwarna coklat berbentuk bulat dengan taburan wijen di permukaannya.
"Kue Baruasa?," tanya penulis meyakinkan karena terus terang belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.
“Iya kue Baruasa. Kue yang terbuat dari tepung terigu yang digoreng bersama kelapa, ini pakai campuran gula aren,” jelas sang ibu penjual.
"Rasanya gurih dengan sedikit manis dari gula aren, membuatnya cocok menjadi teman teh atau kopi, " tambah si ibu.
Melihat bentuk kue, penulis jadi teringat dengan kue Gambang dari Betawi, yang juga ditaburi wijen. Bedanya, kue Gambang berbentuk panjang terbuat dari tepung terigu, sementara Baruasa bulat dan lebih kecil terbuat dari tepung terigu dan kelapa.