"Jika dunia mengenali China kerana Mao Zedong, Cuba kerana Fidel Castro, Indonesia kerana Sukarno, India kerana Mahatma Gandhi, Malaysia menjadi terkenal kerana Dr Mahathir Mohamad," begitu tulis Amin Iskandar dalam artikelnya bertajuk Mahathir 100 tahun: Malaysia 'buat-buat tak perasan' yang diterbitkan Malaysia Kini pada 10 Juli 2025. Sebuah tulisan memperingati 100 tahun Dr. Mahathir Mohammad.
Kalimat itu barangkali terasa pedih bagi sebagian elit politik Malaysia hari ini. Namun, seperti yang ditulis Amin, itulah realitasnya. Dunia lebih mengenali Malaysia lewat sosok Dr. Mahathir Mohamad, dibandingkan nama-nama pemimpin Malaysia lainnya.
Bukan tanpa alasan Amin menyebut Malaysia terkenal karena Mahathir. Ia berbagi pengalamannya, bagaimana nama Mahathir menjadi 'paspor' tersendiri di luar negeri. Saat bertugas meliput Pemilu di Afghanistan pada 2004, ia dilayani dengan ramah karena menyebut dirinya berasal dari Malaysia - negeri yang dikenal berkat Mahathir. Begitu pula ketika berada di Quetta, Pakistan, untuk meliput pemilu warga pelarian Afghanistan, ia terkesan bagaimana nama "Mahathir" langsung muncul dari mulut warga pelarian Afghanistan yang berasal dari berbagai etnik, bahkan sebelum ia menjelaskan latar belakangnya.
Cerita Amin ini mengingatkan penulis akan fenomena yang serupa: nama "Sukarno" di dunia Afrika dan Asia. Presiden pertama Indonesia itu adalah sosok revolusioner yang dihormati di banyak negeri, terutama negara-negara Dunia Ketiga. Jejaknya tak sekadar dikenang di lembar sejarah, tetapi diabadikan dalam bentuk jalan raya, plaza, hingga monumen di berbagai belahan dunia.
Sedikitnya ada empat negara yaitu Mesir, Maroko, Pakistan, dan Turki yang menamai jalan besar mereka dengan nama Sukarno.
Bahkan lebih dari itu, dua negara, Aljazair dan Meksiko, mendirikan monumen khusus sebagai penghormatan kepada sang Proklamator Indonesia.
Dalam konteks ini, tak berlebihan jika Mahathir dijuluki "Sukarno Kecil" - bukan dalam pengertian ideologi, tetapi dalam hal bagaimana figur mereka sama-sama dikenang melampaui batas negara.
Mahathir: Dari Alor Setar Menuju Panggung Dunia
Dr Mahathir Mohammad dilahirkan pada 10 Juli 1925 di Alor Setar, Kedah. Ia berasal dari keluarga sederhana, dengan ayah yang bekerja sebagai guru sekolah. Sejak kecil, Mahathir dikenal tekun belajar. Ia kemudian melanjutkan pendidikan kedokteran di King Edward VII College of Medicine di Singapura, lulus pada 1953.
Meski mengawali karier sebagai dokter (dokter umum), minatnya terhadap politik telah terpupuk sejak muda. Awal kiprahnya di dunia politik tak selalu mulus. Ia kehilangan kursi Parlemen pada Pemilu 1969, yang menjadi titik kelam dalam perjalanan politiknya. Namun, bukan Mahathir namanya jika mudah menyerah.