Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Penulis, Pemerhati hubungan internasional, sosial budaya, kuliner, travel, film dan olahraga

Pemerhati hubungan internasional, penulis buku Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. http://kompasiana.com/arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

100 Tahun Mahathir Mohammad, Sang Sukarno Kecil

10 Juli 2025   22:22 Diperbarui: 11 Juli 2025   02:34 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
100 Tahun Mahathir Mohammad, sumber foto: FB Mahathir Mohammad

"Jika dunia mengenali China kerana Mao Zedong, Cuba kerana Fidel Castro, Indonesia kerana Sukarno, India kerana Mahatma Gandhi, Malaysia menjadi terkenal kerana Dr Mahathir Mohamad," begitu tulis Amin Iskandar dalam artikelnya bertajuk Mahathir 100 tahun: Malaysia 'buat-buat tak perasan' yang diterbitkan Malaysia Kini pada 10 Juli 2025. Sebuah tulisan memperingati 100 tahun Dr. Mahathir Mohammad.

Kalimat itu barangkali terasa pedih bagi sebagian elit politik Malaysia hari ini. Namun, seperti yang ditulis Amin, itulah realitasnya. Dunia lebih mengenali Malaysia lewat sosok Dr. Mahathir Mohamad, dibandingkan nama-nama pemimpin Malaysia lainnya.

Bukan tanpa alasan Amin menyebut Malaysia terkenal karena Mahathir. Ia berbagi pengalamannya, bagaimana nama Mahathir menjadi 'paspor' tersendiri di luar negeri. Saat bertugas meliput Pemilu di Afghanistan pada 2004, ia dilayani dengan ramah karena menyebut dirinya berasal dari Malaysia - negeri yang dikenal berkat Mahathir. Begitu pula ketika berada di Quetta, Pakistan, untuk meliput pemilu warga pelarian Afghanistan, ia terkesan bagaimana nama "Mahathir" langsung muncul dari mulut warga pelarian Afghanistan yang berasal dari berbagai etnik, bahkan sebelum ia menjelaskan latar belakangnya.

Cerita Amin ini mengingatkan penulis akan fenomena yang serupa: nama "Sukarno" di dunia Afrika dan Asia. Presiden pertama Indonesia itu adalah sosok revolusioner yang dihormati di banyak negeri, terutama negara-negara Dunia Ketiga. Jejaknya tak sekadar dikenang di lembar sejarah, tetapi diabadikan dalam bentuk jalan raya, plaza, hingga monumen di berbagai belahan dunia.

Sedikitnya ada empat negara yaitu Mesir, Maroko, Pakistan, dan Turki yang menamai jalan besar mereka dengan nama Sukarno.

Bahkan lebih dari itu, dua negara, Aljazair dan Meksiko, mendirikan monumen khusus sebagai penghormatan kepada sang Proklamator Indonesia.

Dalam konteks ini, tak berlebihan jika Mahathir dijuluki "Sukarno Kecil" - bukan dalam pengertian ideologi, tetapi dalam hal bagaimana figur mereka sama-sama dikenang melampaui batas negara.

Mahathir: Dari Alor Setar Menuju Panggung Dunia

Dr Mahathir Mohammad dilahirkan pada 10 Juli 1925 di Alor Setar, Kedah. Ia berasal dari keluarga sederhana, dengan ayah yang bekerja sebagai guru sekolah. Sejak kecil, Mahathir dikenal tekun belajar. Ia kemudian melanjutkan pendidikan kedokteran di King Edward VII College of Medicine di Singapura, lulus pada 1953.

Meski mengawali karier sebagai dokter (dokter umum), minatnya terhadap politik telah terpupuk sejak muda. Awal kiprahnya di dunia politik tak selalu mulus. Ia kehilangan kursi Parlemen pada Pemilu 1969, yang menjadi titik kelam dalam perjalanan politiknya. Namun, bukan Mahathir namanya jika mudah menyerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun