Akan tetapi, jangan juga kita jadikan minder sebagai kutukan. Ia adalah ujian yang bisa menjadi berkah, jika kita tahu cara menanggapinya, menanganinya, dan terus berusaha mengendalikannya.
Remaja yang pernah merasa tidak cukup bisa tumbuh menjadi pemimpin yang rendah hati. Remaja yang pernah merasa ditolak bisa menjadi orang dewasa yang merangkul.
Remaja yang pernah minder bisa menjadi manusia yang lebih mengerti arti syukur. Boleh jadi Tuhan membiarkan kita merasa kecil, agar kelak kita bisa menjadi besar tanpa melupakan cara merunduk.
Maka, tugas kita sebagai orang tua, guru, dan keluarga, bukanlah menghilangkan minder sama sekali, melainkan mendampingi remaja agar bisa mengubahnya. Dari inferior menjadi sosok menginspirasi.
Dari perasaan kurang menjadi semangat untuk melengkapi. Dari luka menjadi pelajaran.
Dan pada akhirnya, ketika mereka dewasa nanti, mereka bisa berkata: “Aku pernah minder, tapi dari situlah aku belajar menjadi manusia.”
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI