Mohon tunggu...
AI
AI Mohon Tunggu... Penulis

Aku suka membaca, menulis, dan menyanyi. Membaca memberiku banyak perspektif baru, menulis membantuku menuangkan isi pikiran, dan menyanyi adalah impian yang ingin aku kejar. Tapi di balik itu, ada rasa ragu—apakah aku cukup baik? Apakah impianku realistis? Aku sadar bahwa overthinking hanya membuang energi. Aku mulai fokus pada perkembangan diri, belajar dari setiap proses, dan mencoba menikmati perjalanan tanpa terlalu membandingkan diri dengan orang lain. Mungkin kita tidak selalu yakin dengan langkah yang diambil, tapi selama terus bergerak, pasti ada sesuatu yang bisa kita pelajari.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kota tanpa Waktu

4 April 2025   12:40 Diperbarui: 4 April 2025   12:35 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah desa yang jauh dari hiruk-pikuk kota, hiduplah seorang pria bernama Yuan. Dari kecil, dia dikenal sebagai anak yang suka bertanya. Bukan tipe pertanyaan biasa kayak, "Bu, makan apa hari ini?" tapi lebih ke, "Bu, kalau semut olahraga, mereka bakal six-pack nggak?" atau "Kenapa kalau kita nyebut 'telinga', kita pasti sambil megang kuping?"

Pokoknya, otaknya seperti Google yang nggak bisa dimatikan.

Sejak kecil, Yuan selalu membawa buku catatan ke mana-mana. Bukan buat nulis puisi atau curhat, tapi buat nyatet segala hal yang bikin dia penasaran. "Kalau nggak ditulis, nanti lupa. Kalau lupa, ya... lupa," pikirnya.

Tapi ternyata, kebiasaan aneh itu bukan datang dari dirinya sendiri. Dia terinspirasi oleh sang paman---seseorang yang juga suka mencatat hal-hal yang nggak dimengerti. Bedanya, pamannya nggak cuma nulis pertanyaan, tapi juga simbol dan kode-kode yang bahkan kayaknya alien pun bakal bingung kalau lihat.

Masalahnya, paman Yuan udah lama banget hilang. Nggak ada yang tahu ke mana perginya. Nggak ada jejak, nggak ada surat perpisahan, nggak ada pengumuman di Facebook, pokoknya gone. Seakan bumi nelen dia bulat-bulat.

Yuan sendiri sebenarnya nggak terlalu mikirin. Yah, walaupun dalam hati kecilnya, dia rindu. Kadang suka mikir, "Apa jangan-jangan dia ikut game reality show yang nggak boleh kasih kabar ke keluarga?" Tapi ya udah lah, hidup harus jalan terus.

Sampai suatu hari, dia nemuin buku diary pamannya.

Isinya aneh banget. Bukan curhatan kayak, "Hari ini aku makan nasi goreng, enak." Tapi lebih ke tulisan dengan tanda baca yang nggak pernah ada sebelumnya. Seperti kode rahasia. Terus, ada gambar lingkaran dengan angka 1 sampai 24.

Dia ngerasa ini petunjuk.

Karena penasaran (dan karena nggak punya hobi lain selain kepo), Yuan mencoba mecahin kode itu. Dia nyari tahu siang-malam, hampir lupa makan, dan sempet kepikiran, "Apa aku ini detektif di kehidupan sebelumnya?"

Hingga pada suatu siang, tepat jam 12:00 saat matahari ada di atas kepala, dia sadar sesuatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun