Mohon tunggu...
Qurota Ayun
Qurota Ayun Mohon Tunggu... -

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Paradigma D Zawawi Imron: Mengasah Jati Diri Indonesia

6 April 2019   15:58 Diperbarui: 6 April 2019   16:09 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"seng jenenge ilmu iki duduk mung kawuruing mripat marang deluwang anging ilmu iku kawuruing manak marang kauripan"

Indonesia adalah negara besar dengan berbagai keanekaragaman dan karakter yang tersebar luas di segala penjuru. Dengan keanekaragaman tersebut, penting bagi kita untuk mengetahui siapa sesunggguhnya diri kita sebagai warga negara Indonesia. Mengungkapkan apa yang terpenting untuk dimiliki diri seseorang sebagai penduduk indonesia yang baik.

Adalah pandangan dari seorang budayawan besar sekaligus penyair yang terkenal dengan puisi-puisinya, D Zawawi Imron, tentang bagaimana menyikapi nilai dan karakter agar menjadi seorang Indonesia sejati. Menerangkan kepada kami secara gamblang dengan ditambahnya puisi mampu memperlihatkan bagaimana jati diri sesungguhnya dalam sudut pandang yang berbeda.

  • Mampu untuk mencintai Tanah Air Indonesia

Dalam puisi yang diutarakan, mengisyaratkan air yang diminum, beras dan buah-buahan yang dimakan, udara yang dihirup, hingga meningggalpun, semua terpenuhi dalam Indonesia. Tumbuh dan berkembang di dalam bangsa Indonesia yang beraneka ragam. Sehingga tidak ada alasan untuk tidak mampu mencintai tanah air sendiri. Lalu bagaimana cara kita untuk mencintai Indonesia? Hal tersebut dapat tertuang melalui sikap yang dapat kita lakukan, dengan cara mengisi kehidupan kita dengan ketakwaan terhadap Tuhan, ketekunan, kemajuan, dan kekreatifitasan. Sehingga akan mampu memperkuat ideologi dan identitas bangsa Indonesia.

  •     Memiliki hati dan budi pekerti yang indah

Sedikit bercerita pada tahun 1960 ketika Prof. Dr. Mahmud Saltud tiba di Indonesia dari Mesir, beliau mengutarakan mengenai Indonesia setelah beberapa hari tinggal di sana. Adalah serpihan potongan surga yang diturunkan oleh Allah di bumi. Ungkapan tersebut menandakan kekaguman beliau terhadap Indonesia. Sehingga sudah sepatutnya sebagai warga negara Indonesia sendiri bangga dengan keaanekaragaman dan hendaknya memiliki akhlak baik untuk senantiasa bertanggung jawab tidak hanya kepada alam dan lingkungan, namun dapat bertanggung jawab kepada sesama masyarakat sebagai makhluk sosial.

  • Bijak dalam bersosialisasi di dunia maya

Sering kali Indonesia dihadapkan oleh yang namanya pertengkaran di media sosial. Media sosial yang maksud tujuannya adalah untuk bersosialisasi namun kadang beralih fungsi jika tidak diimbangi dengan sikap yang benar dalam mengunakannya. Salah satu sikap preventif yaitu dengan melakukan sikap kontrol diri dan saling menghargai hak dan kebutuhan orang lain. Karena dunia yang sekarang ini, seseorang diserbu oleh ribuan informasi. Jika tidak diperhatikan akan menimbulkan kecanduan. Kecanduan inilah yang akan menjadikan seseorang lupa akan jati dirinya. sehingga munculnya sikap kurang baik dalam bersosialisasi di media sosial tidak dapat terhindarkan.

Menteri Agama RI, Lukman Hakim, menjelaskan untuk menanggapi masalah pengunggahan di media sosial. Beliau mengungkapkan kerja nalar dan kerja hati dibutuhkan sebelum mengunggahkan sesuatu di media sosial. Kerja nalar, mengharuskan seseorang untuk mengetahui secara jelas apa, bagaimana, siapa, kapan dan dapat mempertanggung-jawabkan sumbernya secara gamblang dan jelas. Yang kedua kerja hati, mengungkapkan kepatutan apabila sesuatu itu diunggah, pantas tidakkah apabila hal ini diunggah, berdampak negatif atau tidak.

  • Penerapan Ilmu dalam kehidupan

D. Zawawi Imron berkata "seng jenenge ilmu iki duduk mung kawuruing mripat marang deluwang anging ilmu iku kawuruing manak marang kauripan". Ilmu itu bukan hanya pengetahuan mata terhadap kertas, namun Ilmu itu bagaimana menerapkannya dalam kehidupan melalui pengalaman. Sangat jelas ilmu didapat untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan. Karena sejatinya mencari ilmu digunakan untuk merubah kehidupan baik individu maupun bermasyarakat menuju ke arah yang lebih baik. Sering ditemui lulusan yang bingung setelah hidup bermasyarakat. Banyak faktor yang mempengaruhi masalah tersebut, namun hal itu dapat dikatakan ilmu yang telah didapatkannya belum berhasil diterapkan dalam kehidupan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun