Aku berdiri di ambang luka yang belum mengering,
menatap bayanganmu di sela-sela kenangan.
Satu per satu, kata yang dulu manis
kini berubah menjadi serpihan tajam
yang menusuk tanpa ampun.
Namun anehnya, aku tidak pergi—
aku menantimu,
menunggu kehadiranmu
meski dengan luka yang baru.
"Lukai aku sekali lagi,"
bisikku pelan.
Bukan karena aku haus akan derita,
tapi karena di setiap luka darimu
aku masih memiliki rasa—
rasa yang membuatku hidup,
meski dengan napas yang tersengal.
Aku tahu, ini bukan cinta yang sehat,
tapi inilah cinta yang aku kenal.
Dan jika kau datang lagi,
membawa janji palsu atau senyum yang jemu,
jangan ragu...
temui aku di batas kesakitan ini.
Karena mungkin, dengan satu luka lagi,
aku akan benar-benar sembuh,
atau sepenuhnya hancur.
Tapi kali ini aku siap.
Lukai aku sekali lagi,
dan biarkan ini yang terakhir.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI