Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Korban-Korban Calo dalam Sebuah Bus

5 Juni 2023   20:55 Diperbarui: 5 Juni 2023   21:02 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bus rusak (Sumber:Shauking-Pixabay.com)

Kami semua resah dan gundah. Sembilan penumpang yang dijanjikan akan naik bus untuk mengantar kami ke kota Solo belum juga datang. Kami kuatir dan mulai ragu dapat berangkat ke kota tujuan. Maka, kami semua sepakat untuk meminta uang kami kembali. Tetapi Karena waktu menjelang keberangkatan tiba, kami tak dapat meminta uang kami kembali sepenuhnya, karena jika pun tetap diminta uang kami akan hilang lima puluh persen. Sebuah dilema pilihan antara kebutuhan dan kebodohan yang kami alami semua. Rasanya kami begitu bodoh dengan rayuan gombal calo-calo bus yang tak begitu jelas armada dan krunya. 

Bus belum juga datang, kami semua hampir menarik uang meski dipotong lima puluh persen pun tidak apa-apa. Tetapi, ketika sebuah bus meluncur cepat dan menghampiri kami semua, kami merasa sedikit gembira. 

Kondisi Tak Laik 

Saat itu pukul setengah dua belas malam, bus itu datang. Kami semua cepat-cepat masuk. Ternyata di dalam telah dipenuhi penumpang. Nomor kursi yang dijanjikan tidak ada, kami semua harus berebutan dan duduk ditempat yang memang kosong. Kami duduk tidak sesuai dengan nomor yang dijanjikan. Bus pun begitu kotor dengan tempat duduk yang tak layak, tanpa toilet apalagi fasilitas malam malam. Kami semua merasa tertipu. Kami sadar telah tertipu, tetapi kami semua membutuhkan bus ini untuk mengantar ke tujuan kami. 

Pukul dua belas bus meluncur. Kami semua diam, seolah berdoa sampai tujuan dengan selamat. Namun, kemacetan cukup parah terjadi di Cikampek, hingga sampai di Subang untuk istirahat sudah mendekati pukul tiga pagi. Pada akhirnya bus pun baru lepas dari kemacetan pukul empat pagi. 

Bus pun berjalan begitu cepat seolah mengejar waktu segera tiba. Namun, ketika sampai di Tegal, bus pun keluar tol dan menurunkan beberapa penumpang di Tegal. Ketika sampai di Pekalongan pun, bus keluar pintu tol dan menurunkan penumpang di Pekalongan. Ketika bus sampai di Waleri, bus keluar pintu tol dan menurunkan beberapa penumpang di Waleri. Begitulah, bus itu hampir setiap pintu tol keluar dan menurunkan penumpang. 

Ketika sampai di Semarang, beberapa penumpang tujuan Kudus, Jepara dan Pati pun diturunkan dan dicarikan bus kota tujuan. Pagi itu sudah jam delapan pagi, bus kami menyusuri Kota Semarang menurunkan dan menaikkan penumpang. Kami semua mulai marah. Namun, kami semua harus menahan amarah itu. Jangan sampai dengan amarah itu akan terjadi sesuatu dengan bus ini. Kami pun menyerah untuk kesekian kalinya. 

Setiap kota yang dilalui dan disinggai bus pun keluar dan menurunkan penumpang. Jika ada penumpang yang naik pun, bus itu selalu menaikkan penumpang. Ada yang turun, ada yang naik. Begitulah kru bus itu begitu seenaknya mencari keuntungan tanpa peduli penumpang dengan beragam kebutuhan di tempat tujuan. 

Korban Calo

Begitulah nasib kami di malam itu. Perjalanan ke kota Solo yang seharunya hanya hanya delapan sampai puluh jam harus kami lalui dalam delapan belas jam perjalanan. Bus yang sering dikatakan sebagai bus penyapu itu sebenarnya adalah bus tipu-tipu yang selalu mencari korban-korban penumpang yang terpaksa harus menentukan satu pilihan karena tidak ada pilihan. 

Bus-bus seperi ini masih saja berkeliaran di kota-kota besar mencari mangsa dari orang-orang yang membutuhkan jasanya. Bus-bus penyapu yang berkeliaran setiap malam tanpa kepastian waktu keberangkatan itu adalah bus-bus pemangsa bagi penumpang yang tak lagi punya pilihan. Bus itu menciptakan bancaan ‘mengeruk untung bersama’ calo-calo dan juga kru bus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun