Cerita di Ujung Senja
Rekaman peristiwa 1 Mei 2020
Satu Mei adalah hari libur. Biasanya berita-berita bertaburan tentang demo dan tuntutan buruh yang tak pernah selesai. Kesejahteraan diperjuangkan dan terus diperjuangkan. Tetapi hari ini, berita-berita itu seperti tenggelam dalam sebuah lubang yang paling dalam disembunyikan sang virus yang menenggelamkan segala impian.
Di depan rumah, sebuah pohon bambu tumbuh. Tidak terlalu besar tetapi pohon mangga itu seperti menampakkan keperkasaan. Gagah laksana tentara perang. Ya, pohon mangga itu tetap kokoh berdiri meski manusia-manusia tetap tersembunyi dalam rumah-rumah petak yang membosankan.
Pohon mangga itu begitu mengingatkan akan kenangan saat itu. Di sekolah itu, di samping sebuah kelas, tumbuh pohon mangga. Mangga itu sering berbuah, dan sering juga diserbu puluhan anak sekolah untuk dinikmati di kala istirahat. Sekolah itu memang banyak tanaman buah, tetapi pohon di samping kelas itu benar-benar menjadi idola. Setiap saat, pohon itu selalu berbuah dan selalu menjadi incaran anak-anak sekolah.
Di sanalah, kami bertiga biasanya duduk dan mengerjakan PR dikala selesai pelajaran. Di bawah pohon mangga itu, biasanya kami bertiga sebagai sahabat bertemu dan berbagi cerita. Pohon mangga itu menjadi kenangan yang tak terlupa, sampai saat ini, ketika pandemi terus menghajar kami.
Ingatan akan pohon mangga terus menusuk ruang-ruang ingatan yang mencoba melupakan, tetapi selalu urung. Pohon mangga itu adalah sebuah kesetiaan yang tak kan pernah hilang walau sesaat.
Pohon Mangga
Pada sebuah kata
Kumaknai dusta
Pada sebuah makna
Kudustai kata
Pada sebuah cinta
Kulukai hati
Pad sebuah luka
Kumaknai cinta
Pada sebuah rindu
Kupendam rasa
pada sebuah rasa
Kukenang dia