Cerita di Ujung Senja
Rekaman Peristiwa 22 April 2020
Mungkin saja kita terlalu serakah. Ketika segalanya kita dapatkan, tanpa balasan, tanpa kita memberi. Bumi menyediakan kehidupan dalam berbagai rupa. Kita menggalinya, kita menyedotnya, kita menghancurkan sesuai kepintaran kita. Ketika bumi ini semakin panas, kita memaksanya untuk mendinginkan kehidupan. Menjadi penentu kesalahan, dan semua mengangganya sudah bisa. Bahwa bumi wajib menyediakan apa yang kita inginkan.Â
Berjuta-juta menusia hidup dalam ruang nan luas. Namun, kehidupan manusia semakin sempit. Apalagi tanpa kata dankarya nyata, segalanya hancur tanpa tanda. Ada bencana, seolah pertanda untuk jutaan manusia. Bahwa semakin nyata, sahabat baik semestinya tidak menghancurkan dan merusak. Sekeliling kita dan seputar kehidupan menjadi tanda; apa dan bagaimana menjadi sahabat bagi semester.Â
Bumi telah menyediakan kehidupan, tanpa batas kita bisa mendapatkannya. Tetapi, sebagai sahabat apa yang bisa kita buat. Sekadar diam atau selalu bercerita, mengeluh pada Dia Sang Pencipta. Bumiku, sahabatku.Â
Sahabat Bumi
Terlahir dalam dekap dunia
Perlahan dan pasti mengarungi rupa
Dunia terlanda kebiadaban tiada tara
Ketika semua berakhir sudah
Perjalanan waktu menua sudah
Dalam rupa lara bumiku nestapa
Jika manusia-manusia kecil hanya bicara
Luka merahkan tangisan nyata
Bumiku terbeban nyata
Jutaan kita hanya bisa merenda
Harapan mungkin tiada
Tanpa kita menjadi sahabat nyata
Bumiku, tersenyumlah
Walau kami diam semata
Bumiku, tertawalah
Menghalau sengketa jutaan manusia
Bumiku, dekaplah
Meski kami sunyi menyepi
Karena setiap kami menikmatimu
Sahabat nyata itu ada