Mohon tunggu...
Arif Saefudin
Arif Saefudin Mohon Tunggu... Guru - Owner/Blogger di www.arifsae.com

Guru CLC Terusan 2 di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia || Owner/Blogger di www.arifsae.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

DARI BAWAH ANGIN MENUJU ATAS ANGIN : MENUJU POROS MARITIM DUNIA

13 November 2013   14:26 Diperbarui: 2 Juli 2015   09:56 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Secara keseluruhan pantai selatan jawa mulai dari Banyuwangi bagian timur sampai Ujung Kulon Banten di bagian barat merupakan daerah tertinggal dan terisolasi jauh di banding dengan pantai utara yang terbuka dan tinggi tingkat perkembangan sosial-ekonominya. Kondisi geografis seperti itu menyebabkan lahirnya kantung-kantung kemiskinan. Salah satu indikatornya adalah beberapa wilayah pantai selatan Jawa Tengah dan Timur merupakan pengekspor tenaga kerja ke luar negeri.

Padahal potensi perikanan di pantai selatan maupun laut lepas cukup mejajnjikan. Kisah perjuangan nelayan Cilacap sampai ke perbatasan pulau Christmas wilayah Australia. Kapalnya mengalami kerusakan di dekat perbatasan. Setelah berlayar selama dua hari satu malam, kapal transit menemukan KM Putra Jaya I dan kemudian di tarik ke Pelabuhan Cilacap. Perairan di sekitar pulau Christmas hingga perbatasan Indonesia dikenal sangat kaya ikan tuna. Para nelayan dari pantai selatan sangat bergairah mencari ikan tuna meskipun dalam waktu operasi yang cukup lama. Itu dilakukan karena harga ikan tuna berniali tinggi dan diminati di Jepang. Ikan tuna bisa mencapai panjang dua meter. Nelayan Cilacap mampu berlayar berbulan-bulan menghadapi gelombang tinggiuntuk mendapatkan ikan tuna (Kompas.com).

Masalah yang sering dihadapi nelayan adalah kapal rusak dan ketiadaan BBM atau solar. Kendala lain adalah distribusi karena tidak didukung infrastruktur jalan yang memadai. Mengenai faktor ketertinggalan dan ketertutupan daerah di wilayah pantai selatan adalah karena minimnya sarana infrastruktur perhubungan dan alat komunikasi (Kompas.com). Oleh karena itu peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam hal ini yaitu untuk memberikan fasilitas yang memadai sehinggga “emas” yang ada di pantai selatan Jawa dapat di manfaatkan dengan maksimal untuk kesejahteraan rakyat.

Pengembangan Pesisir Selatan bagian barat : Cilacap dan Nusakambangan

Pengembangan wilayah di pesisir selatan bagian barat, sebagai akibat dari perluasan jaringan pelabuhan Cilacap, juga berpotensi besar dalam bidang kelautan. Cilacap dan Nusakambangan merupakan daerah “batas” kebudayaan Sunda dan Jawa.

Sebelum ada sumber tertulis, keterangan tentang Cilacap berasal dari babad yang berisi cerita rakyat. Sebagai daerah perpaduan budaya Sunda dan Jawa, wilayah Cilacap masuk ke dalam folklore Nusa Tembini atau babad Pasir Luhur (Zuhdi, S.,2002:115). Sedangkan Nusa Kambangan adalah pulau yang ditutupi tumbuhan tropis dengan sebagian besar bagian selatan yang terjal. Pulau inilah yang membentengi Pelabuhan Cilacap dari deburan ombak Samudera Hindia.


Sisi lain dari Nusa Kambangan merupakan sumber kehidupan masyarakat meskipun dalam jumlah kecil. Hal itu dapat dilihat dari izin yang dikeluarkan pemerintah untuk pembukaan lahan. Hal itu dapat dilihat dari salinan surat Sekretaris Negara kepada Residen Banyumas bulan september 1894.

Dengan adanya permintaan untuk membuka tanah pertanian dan usaha kerajinan di Nusa Kambangan, menunjukkan tanah di sana subur dan menjanjikan hasil yang dapat memberi bahan pangan kepada sejumlah penduduk. Selain itu produk dari Nusa Kambangan dapat untuk menghidupkan perdaganagn dan pelayaran di Pelabuhan Cilacap.

Data dari hasil catatan “Susur Selatan Jawa” (SSJ) yang dilakukan oleh harian Kompas (April-Mei 2009), mengungkap banyak hal dan segi-segi kehidupan masyarakat di daerah bagian selatan Jawa yang sangat jauh dari sentuhan pembangunan yang menunjukkan kecilnya perhatian dari pemerintah daerah. Data SSJ menunjukkan adanya “benang merah” sejarah yang dapat dilacak ke belakang dan relevan dengan kondisi sekarang. Untuk memcahkan masalah ketertinggalan itu, pemerintah sudah mulai melaksanakan pembangunan Jalan Lintas Selatan yang dimulai dari Banyuwangi ke Malang; lalu dari Yogyakarta ke Purworejo; dari Kebumen ke Cilacap.

Apabila hubungan transportasi telah lacar maka banyak produksi dapat dengan mudah dikirim di kota-kota di pantai utara, surabaya, Semarang Cirebon dan Jakarta, atau setidaknya ke Kota Bandung. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah pengembangan pantai selatan “hanya” ditentukan oleh utara. Apakah tidak dapat dikembangkan daerah yang bertumpu pada daerah “selatan-selatan” yang lebih mandiri dan untuk memperlihatkan karakteristiknya sendiri? Kalau tidak maka apakah ini yang dimaksud dengan “sejarah berulang”, karena pengalaman masa lampau seperti terungkap dalam bangkit dan jatuhnya pelabuhan cilacap pada masa kolonial. Sebab salah satu faktor merosot dan jatuhnya fungsi pelabuhan ini, karena jaringan jalan darat dan rel kereta api telah semakin luas dan memasukkan Cilacap dan daerah sekitar pelabuhan ke dalamnya. Sejak itu pengiriman barang lebih cepat ke pelabuhan pantai utara dari pada ke Cilacap itu sendiri.

Hasil studi pembangunan Cilacap Bappenas tahun 1975 menunjukkan potensi dan kendala bagi pengembangan Cilacap. Tidak jauh dari catchment area pada masa kolonial, tim Bappenas itu menyebutnya dengan koridor “Bandung-Solo”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun