Mohon tunggu...
Arif Riduan
Arif Riduan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekolah Ngaji (Sebuah Cerpen)

21 Oktober 2016   15:30 Diperbarui: 21 Oktober 2016   15:36 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekolah Ngaji

 “Dir.. Dir.. Khaidir !! Sadang nak cari kupiah sakulah ngaji sana, parak jam setengah tiga dah ni.. ! “. Seru ibuku ketika menyuruhku untuk pergi mengaji saat aku lagi asik menonton Si Bolang di televisi. Seperti biasanya, ibuku menjadi alaram hidup untuk anak-anaknya. “ inggih ma ! “.Aku pun bergegas mencari peci baru yang kemarin dibelikan oleh ayahku, karena peci yang lama udah usang dan agak sobek sedikit. Melihat anaknya yang sudah siap berangkat ke sekolah ngaji (  Taman Pendidikan Alquran ) mama pun memberikan uang Rp. 1200 kepadaku. Rp. 1000 untuk uang saku jajan, dan Rp. 200 untuk bayar iuaran per-sekali mengaji. Aku pun bergegas menuju sekolah ngaji. “ Ma ! ulun turun ma ai  “izinku. “ eeh , Jangan kalahi lah, lawan jangan minum es “.Sahut ibuku.

            Sudah menjadi kewajiban bagi seorang anak seusiaku untuk belajar mengaji, itulah yang sudah menjadi kebiasaan di tempat tinggalku. Anak seusia aku ini, yakni 7-8 tahun biasanya di masukan oleh orang tua ke tempat mengaji Alquran, atau yang biasanya kami sebut sekolah ngaji, dan juga bisa belajar privat kepada seorang guru ngaji. Biasanya kalau di sekolah ngaji itu waktunya sekitar jam 3:00 sampai jam 5:00 sore, dan kalau belajar privat ke guru ngaji biasanya sekitar waktu sehabis magrib, atau setelah sholat isya.

            Aku berbeda dengan kakak-kakakku, hanya aku yang belajar ngaji di sekolah ngaji (TPA), sedangkan kakak-kakakku belajar mengaji dengan cara privat ke rumah salah satu guru ngaji di tempat tinggal kami. Setelah sholat magrib banyak anak-anak seusia aku dan seusia kakakku ( Usia SMP ) belajar mengaji ke rumah guru ngaji tersebut selepas sholat Magrib. Nama beliau ialah Kakek Umar Mayah atau sering dipanggil dengan sebutan “ Kai Ngaji “.

Dalam mengajarkan Alquran beliau tidak sendirian, Kai Ngaji dibantu oleh istri beliau yang juga akrab dengan sapaan “ Nini Ngaji “ . Di tempat Kai Ngaji ini para murid tidak dipungut biaya sepeser pun dan beliau juga tidak pernah meminta imbalan untuk ilmu membaca Alquran yang beliau ajarkan setiap hari. Namun biasanya para orang tua setiap bulan/minggunya memberi hadiah kepada beliau berupa gula, kopi serta sembako lainnya.

Begitu pula orang tuaku, pada setiap bulannya beliau memberikan beberapa kilo gula kepada Kai Ngaji sebagai rasa terima kasih kepada beliau. Itu pun jika ada uang berlebih yang didapat oleh orang tuaku, jika tidak ada yang diberi maka ditunda dilain hari. Pernah juga dalam sebulan orang tuaku tidak memberikan apa-apa kepada Kai Ngaji karena banyak kebutuhan rumah tangga yang harus dikeluarkan. Kai Ngaji dan istri pun sebenarnya tidak pernah meminta kepada orang tua yang anaknya belajar ngaji di tempat beliau, namun itu sudah menjadi kebiasaan di tempat kami, sebagai ucapan terima kasih kepada seseorang guru.

Beberapa menit berjalan, akhirnya aku sampai di depan sekolah, tempat aku menimba ilmu membaca Alquran. Namun sebelum aku belajar membaca Alquran, aku ( juga anak yang lain ) di wajibkan dulu belajar iqro atau yang kami sebut dengan “ Jilid “.Ada enam tingkatan jilid yang harus kami pelajari sebelum melangkah ke jenjang Alquran, yakni dari jilid 1 sampai ke jilid 6, setelah itu baru kami bisa menyambungnya ke Alquran, dengan bahasa lain untuk bisa membaca Alquran terlebih dulu kami harus mempelajari dasarnya dulu dengan belajar iqro / jilid.

Tidak terasa hari demi hari, aku sudah beranjak ke jilid 2, yakni setelah jilid 1 sudah selesai. Depan sekolah ngaji aku sudah mendengar sayup-sayup lantunan lagu islami yang biasanya kami nyanyikan sebelum memulai pelajaran. Aku pun berlari menuju ruang kelas, sepertinya aku terlambat. Tentu saja setelah aku sampai ke kelas, maka aku langsung duduk di tempat biasanya aku duduk, dan ikut bernyanyi.

“  rukun Islam yang lima ..

Syahadat, sholat puasa ..

Zakat untuk si papa, Haji bagi yang kuasa ..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun