Mohon tunggu...
Arif Meftah Hidayat
Arif Meftah Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Buruh Pabrik

Dengan atau tanpa saya menulis, dunia juga tidak akan berubah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Percontohan Dongeng Setnov

19 November 2017   15:19 Diperbarui: 19 November 2017   15:26 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Angin bergerak perlahan menyusuri perkampungan elite di salah satu negeri paling demokratis di muka bumi. Panasnya terik di siang hari dan dingin yang menusuk tulang pada malam hari merupakan khas bulan September pada daerah-daerah yang dilewati garis khatulistiwa. Semua masih seperti bulan September di tahun-tahun sebelumnya. Termasuk penyakit paling umum di bulan September. Batuk dan pilek. Paling banter hanya batuk pilek yang disertai suhu tubuh sedikit meninggi.

Namun tidak dengan Pak Sobri. Anggota tim legislasi di Negeri Tersebutlahdiatas tidak menderita sakit seperti yang kebanyakan rakyat alami. Ia menderita penyakit yang tergolong baru di Negeri Tersebutlahdiatas. Tidak ada tanda alat dan organ-organ vital yang melemah. Tidak ada suhu badan yang meninggi. Tidak ada gejala apapun yang terlihat di kulitnya. Dan tidak pula ia merasa mual atau sakit perut. Namun ia berbaring lemah di Padepokan Sehat di perkampungannya.

Tidak ada keterangan yang jelas dari pihak Padepokan Sehat tentang penyakit yang diderita Pak Sobri. Tidak Tabib atau juga Humas Padepokan sehat. Yang mereka tahu, Pak Sobri sudah berbaring lemas di Padepokan Sehat semenjak beliau ditetapkan sebagai tersangka oleh Tim Pembasmi Perugi Negara.

Entah apa yang dilakukan Pak Sobri, tetapi humas Tim Pembasmi Perugi Negara menyebutkan bahwa Pak Sobri telah merugikan negara berjumlah sama dengan nilai yang dapat digunakan untuk mengentaskan lima juta rakyat miskin bahkan selama tujuh turunan sekalipun. 

Predikat tersangka sudah disematkan. Namun panahanan urung juga dilakukan. Tim Pembasmi Perugi Negara masih mempertimbangkan aturan, etika moral, dan hak asasi manusia tentang penangguhan penahanan orang yang terbaring lemas di Padepokan Sehat. Apalagi belum diketahui apa penyakitnya.

Rakyat geram. Bagaiaman bisa orang yang diberi kepercayaan oleh mereka justru menghianati mereka. Lebih geram pada diri mereka sendiri karena bisa-bisanya memilih dan mempercayai orang-orang yang nyata-nyata tukang khianat.

Masyarakat mengecam, tentang dugaan sakit yang dibuat-buat agar dari hukum Pak Sobri tidak terjerat. Namun faktanya, Pak Sobri masih terbaring di Padepokan Sehat. Apapun anggapan orang, selamua beliau disana tidak ada yang mampu membawanya ke meja peradilan, apalagi sampai menahan.

September-Oktober berakhir. Tidak ada lagi ribut ribut soal Pak Sobri dan apa yang telah dilakukannya hingga merugikan negara. Tipikal rakyat Negeri Tersebutlahdiatas, jika sesuatu sudah jarang dibicarakan, maka sesuatu tersebut akan sangat mudah dilupakan. 

Masuk Bulan November. Hujan mulai jatuh berdatangan. Datang bersama dengan diperdengarkan kembali kabar berita tentang Pak Sobri. Untuk kali kedua dalam kurun waktu kurang dari 3 bulan Pak Sobri ditetapkan kembali sebagai tersangka. 

Pemanggilan pemeriksaan dari Tim Pembasmi Perugi Negara tidak dihiraukan. Rakyak kembali geram. Ada tekanan agar Pak Sobri segera datang untuk mau memberikan keterangan. 

Walaupun termasuk perkampungan elite, daerah rumah Pak Sobri masih berupa tanah liat. Masuk katagori perkampungan elite karena ada satu rumah yang benar-benar bagus menyerupai istana, rumah Pak Sobri. Tetangganya serba biasa bahkan ada yang luar biasa tidak punyanya. 

Dasar musim hujan, jalanan tanah liat menjadi becek dan licin. Terjadilah peristiwa yang menggemparkan. Ada berita Pak Sobri terpeleset saat sedang jogging pagi di jalan tanah liat di sekitar rumahnya. Tidak ada saksi mata. Tahu-tahu Pak Sobri sudah kembali berbaring di Padepokan Sehat tempat ia dirawat sebelumnya. 

Berbeda dengan sebelumnya, kali ini ada tindakan medis yang mengindikasikan adanya luka di tubuhnya. Ada perban melilit sepanjang kaki dan tangannya. Ada pula yang melingkari di kepalanya. Humas padepokan sehat kembali tidak memberikan keterangan apapun. Yang dikatakannya, Pak Sobri butuh lebih banyak perawatan dan istirahat untuk memulihkan kondisinya.

Seperti kecelakaan-kecelakaan lain, Tim Pembasmi Kejahatan di Negeri Tersebutlahdiatas melakukan olah kejadian perkara kasus kecelakaan Pak Sobri. Tidak banyak keterangan yang mampu diberikan. Yang rakyat dan masyarakat tahu, Tim Pembasmi Kejahatan sedang memproses kecelakaan tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku.

Hal lain yang masyarakat juga tahu, tidak mungkin jalan tanah liat seempuk bakpau bisa menjadikan luka sebegitu parahnya. Yang ditahu lainnya, saat semua orang tahu bahwa itu hanya sandiwara, kenapa bahkan pemerintah Negeri Tersebutlahdiatas tidak melakukan tindakan apapun.

Rakyat dan masyarakat kembali geram. Namun tak banyak yang mampu mereka lakukan. Hanya pasrah pada aturan yang dapat mereka lakukan.

Dan sekali lagi, Pak Sobri bebas dari penahanan karena bayang-bayang aturan dan memperhatikan soal kemanusiaan. Lebih tepatnya hak asasi manusia seperti yang banyak digaungkan.

***

Adalah kesalahan terbesarku menceritakan dongeng tersebut ke anak semata wayangku. Dongeng berjudul Set-Nov yang aku juga mendengarnya dari orang tuaku dulu. Dongeng Set-Nov yang judulnya diambil dari bulan terjadinya peristiwa tersebut, September-November.

Setiap banyak PR dari sekolahnya atau setiap ada tugas untuk melakukan sesuatu di kelas, paginya selalu ia berbaring lemas di kasurnya. Dengan nada yang dilemas-lemaskan, selalu saja yang ia katakan,"Pah, aku gak masuk sekolah ya hari ini. Sakit"

Aku tahu triknya, tapi aku biarkan dia melakukannya. Namanya juga anak semata wayang. Anak yang paling kusayang.

"Dek, Maafkan Ayah kalo ternyata dongeng pengantar tidurmu bukanlah sesuatu yang mendidik"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun