Mohon tunggu...
Arif Meftah Hidayat
Arif Meftah Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Buruh Pabrik

Dengan atau tanpa saya menulis, dunia juga tidak akan berubah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Percontohan Dongeng Setnov

19 November 2017   15:19 Diperbarui: 19 November 2017   15:26 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dasar musim hujan, jalanan tanah liat menjadi becek dan licin. Terjadilah peristiwa yang menggemparkan. Ada berita Pak Sobri terpeleset saat sedang jogging pagi di jalan tanah liat di sekitar rumahnya. Tidak ada saksi mata. Tahu-tahu Pak Sobri sudah kembali berbaring di Padepokan Sehat tempat ia dirawat sebelumnya. 

Berbeda dengan sebelumnya, kali ini ada tindakan medis yang mengindikasikan adanya luka di tubuhnya. Ada perban melilit sepanjang kaki dan tangannya. Ada pula yang melingkari di kepalanya. Humas padepokan sehat kembali tidak memberikan keterangan apapun. Yang dikatakannya, Pak Sobri butuh lebih banyak perawatan dan istirahat untuk memulihkan kondisinya.

Seperti kecelakaan-kecelakaan lain, Tim Pembasmi Kejahatan di Negeri Tersebutlahdiatas melakukan olah kejadian perkara kasus kecelakaan Pak Sobri. Tidak banyak keterangan yang mampu diberikan. Yang rakyat dan masyarakat tahu, Tim Pembasmi Kejahatan sedang memproses kecelakaan tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku.

Hal lain yang masyarakat juga tahu, tidak mungkin jalan tanah liat seempuk bakpau bisa menjadikan luka sebegitu parahnya. Yang ditahu lainnya, saat semua orang tahu bahwa itu hanya sandiwara, kenapa bahkan pemerintah Negeri Tersebutlahdiatas tidak melakukan tindakan apapun.

Rakyat dan masyarakat kembali geram. Namun tak banyak yang mampu mereka lakukan. Hanya pasrah pada aturan yang dapat mereka lakukan.

Dan sekali lagi, Pak Sobri bebas dari penahanan karena bayang-bayang aturan dan memperhatikan soal kemanusiaan. Lebih tepatnya hak asasi manusia seperti yang banyak digaungkan.

***

Adalah kesalahan terbesarku menceritakan dongeng tersebut ke anak semata wayangku. Dongeng berjudul Set-Nov yang aku juga mendengarnya dari orang tuaku dulu. Dongeng Set-Nov yang judulnya diambil dari bulan terjadinya peristiwa tersebut, September-November.

Setiap banyak PR dari sekolahnya atau setiap ada tugas untuk melakukan sesuatu di kelas, paginya selalu ia berbaring lemas di kasurnya. Dengan nada yang dilemas-lemaskan, selalu saja yang ia katakan,"Pah, aku gak masuk sekolah ya hari ini. Sakit"

Aku tahu triknya, tapi aku biarkan dia melakukannya. Namanya juga anak semata wayang. Anak yang paling kusayang.

"Dek, Maafkan Ayah kalo ternyata dongeng pengantar tidurmu bukanlah sesuatu yang mendidik"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun