Mohon tunggu...
Arif L Hakim
Arif L Hakim Mohon Tunggu... Konsultan - digital media dan manusia

digital media dan manusia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menilik Perhatian Pemda DIY di Bidang Pariwisata

10 November 2016   23:21 Diperbarui: 14 November 2016   15:41 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebing Breksi, area tambang yang kini menjadi spot wisata di Jogja (dok. pribadi)

Jogja adalah wisata, budaya, dan mahasiswa. Dinamika Jogja terpengaruh dan mempengaruhi secara nyata oleh ketiga hal tersebut. Jogja mungkin sudah ditakdirkan memiliki keuntungan atas ketiganya. Keberadaan berbagai hasil kebudayaan masa lampau dikemas oleh Jogja menjadi magnet wisata dunia. Berbagai wisatawan datang ke daerah istimewa ini dengan beragam latar belakang: berpetualang di tempat baru, menggali sejarah, atau mengingat kenangan semasa bersekolah.

Di Jogja, kita bisa menyaksikan berbagai hal yang mungkin dianggap biasa saja, berubah menjadi sesuatu yang istimewa. Saya cuplikkan salah satu contohnya: Tebing Breksi. Tempat ini sekarang hits bagi anak muda sebagai salah satu spot untuk berburu foto yang instagramable. Saya tak pernah menyangka, tempat yang dulunya digunakan sebagai lokasi penambangan batu ini bisa disulap sedemikan rupa menjadi daya tarik wisata di Jogja.

Tebing Breksi yang kini seksi sebagai spot fotografi (dok. pribadi)
Tebing Breksi yang kini seksi sebagai spot fotografi (dok. pribadi)
Awal Januari 2015, sepasang kawan saya rekomendasikan untuk ke Candi Ijo (candi dengan lokasi tertinggi di Jogja, berada tak jauh dari Tebing Breksi). Tetapi tak disangka keduanya justru mendokumentasikan kawasan Tebing Breksi. Kawan-kawan saya ini tertarik dengan aktivitas masyarakat yang menambang batu, kemudian memprosesnya menjadi ornamen-ornamen cantik yang menghias rumah mewah atau gedung-gedung bertingkat. (tulisannya bisa dibaca di sini)

Seorang penambang nampak dengan lincah memanjat dinding batu dengan bantuan seutas tali yang terbuat dari ban bekas (dok. dhanang dhave)
Seorang penambang nampak dengan lincah memanjat dinding batu dengan bantuan seutas tali yang terbuat dari ban bekas (dok. dhanang dhave)
Lima bulan kemudian, Juli 2015, gantian saya yang menilik kawasan Tebing Breksi. Wilayah yang secara administratif berada di Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman ini telah berubah. Saat itu, dari jalan masuk saya langsung bisa menilik Tebing Breksi.

Setelah membayar biaya parkir sebesar Rp 2.000,- dan uang retribusi seikhlasnya, terpajang di depan mata saya tebing yang menjulang, seperti foto-foto yang ada di tulisan teman saya. Pada bagian bawah tebing, saya melihat beberapa batu ditata sebagai tempat duduk, menyerupai amphitheater. Rupanya inilah panggung terbuka yang dinamai ‘Tlatar Seneng’ yang bisa digunakan untuk aktivitas seni dan budaya masyarakat.

Tlatar seneng dilihat dari atas Tebing Breksi. Space ini dibangun menyerupai amphitheater dengan tujuan sebagai tempat kegiatan seni dan budaya masyarakat (dok. pribadi)
Tlatar seneng dilihat dari atas Tebing Breksi. Space ini dibangun menyerupai amphitheater dengan tujuan sebagai tempat kegiatan seni dan budaya masyarakat (dok. pribadi)
Sejak kapan tempat ini berubah? Rupanya pada 30 Mei 2015, Gubernur DIY telah meresmikan Taman Tebing Breksi sebagai sebuah kawasan perlindungan alam. Langkah Gubernur DIY ini didasari Surat Keputusan Kementerian ESDM tentang Penetapan 9 Kawasan Konservasi Geoheritage di DIY yang diserahkan langsung oleh Kepala Badan Geologi Pusat, Dr.Surono.

Penetapan tersebut bukan tanpa dasar. Riset tentang batuan Tebing Breksi yang menjadi naskah akademis dilakukan oleh UPN Yogyakarta dan Tim Geologi Kementerian ESDM. Hasil riset tersebut selanjutnya diinventarisasi oleh Biro Administrasi Pembangunan Pemda DIY bersama UPN Yogyakarta pada tahun 2013.

Saya berusaha melacak tentang sejauh mana keterlibatan pemerintah daerah dalam mengurus Tebing Breksi. Seorang kawan yang sehari-harinya bertugas di Dinas Pariwisata DIY segera saya kontak. Setelah berbasa-basi sebagai pembuka obrolan, pertanyaan-pertanyaan pun segera dijawab tanpa jeda panjang.

“Pengembangan Breksi anggarannya sampai berapa Mas dari kantor Njenengan (kamu)?”, tanya saya.

“Bukan Mas, anggaran bukan dari tempat kami. Tebing Breksi itu dari rekening bantuan Pak Gubernur DIY.

Tenane? (beneran?)”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun