Mohon tunggu...
Arif Khunaifi
Arif Khunaifi Mohon Tunggu... santri abadi

Manusia biasa dari bumi Indonesia .:. Ingin terus belajar agar bermanfaat bagi alam semesta... .:. IG & Twitter: @arifkhunaifi .:. Facebook: Arif Khunaifi .:.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tiga Jam Semarang-Surabaya

20 Januari 2012   01:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:40 1861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1327024328595241299

Tahun 1999. Pertamakali mukim mondok, saya diajak Kiai untuk ikut jadi kernet menghadiri undangan pertemuan 99 ulama di Asrama Haji Semarang. Acara yang diprakarsai Gus Mus dan Kang Shobari ini bertepatan dengan tanggal 9-9-1999. Waktu itu saya belum bisa nyopir, maksudnya nyopir mobil yang bagus. Kalau nyopir mobil gerobak sudah bisa. Hehe...

Perjalanan dari Surabaya ke Semarang berjalan normal. Apalagi untuk beberapa kali Kiai saya bersilaturrahmi ke beberapa tempat di Jawa Tengah sebelum sampai di tempat acara. Jadi, tidak ada yang istimewa dalam perjalanan awal.

Cak Di adalah sopir kami saat itu. Nyopirnya kalem. Dia sopir yang sangat rajin. Setiap kali mobil berhenti, dia pasti mencari air untuk mencucinya. Kesehariannya sebagai sopir angkota Line R Jembatan Merah – Kenjeran. Itu yang membuat saya saat ini jika nyopiri kiai juga ketularan nyuci jika mobil berhenti. Terkadang ada yang ngomong,

”Ah nanti juga kotor lagi..!”

Tetapi kata itu tidak menggoyakan saya. Seakan Cak Di telah mematri dengan keteladanan. Bahkan kemudian saya pikir-pikir, orang yang sering membersihkan sesuatu yang kotor walaupun sedikit itu seperti orang taubat. Orang yang rajin taubat, hatinya akan menjadi bersih. Tanpa menunggu dosa menumpuk.

Sopir yang lain memanggilnya Cak Di Alhamdulillah, karena setiap ditanya penghasilannya berapa? Dia hanya menjawab alhamdulillah. Saya jadi ingat tulisan Gus Mus tentang Mbah Sahid Kemadu. Judulnya ”Kiai Alhamdulillah.”

Siang hari kami sampai ke tempat acara. Cak Di mencuci mobil, saya ikut nguping berjalannya acara. Kami kemudian bertemu dengan D. Zawawi Imron di masjid asrama haji saat sholat berjamaah.

Di tengah pembicaraan, D. Zawawi Imron sepakat dengan Kiai saya untuk memakai baju batik lengan pendek saat acara setelah maghrib bersama Gus Dur di Hotel Simpang Lima. Karena Gus Dur biasanya pakai baju santai. Baju panjang ditinggal dalam mobil. Saya yang awalnya ikut ke hotel akhirnya keluar menemani Cak Di yang berada di tempat parkir. Lalu mengajaknya jalan-jalan mencari kopi.

Nah, saat di dalam hotel ternyata Gus Mus meminta Kiai saya untuk bagian doa saat acara di masjid Baiturrohman yang tidak jauh dari hotel dan alun-alun Semarang itu. Karena acara di masjid, beliau berencana ganti baju panjang. Padahal kami sedang ngopi. Mobil kami kunci.

Beliau dan D. Zawawi Imron kemudian mencari toko di sekitar alun-alun. Setelah dapat baju panjang, baru bertemu kami lagi. Lalu bersama-sama ke Masjid yang sudah ada di sana KH. Maemun Zubair sebagai pembicara utama dan ditutup doa Kiai saya serta beberapi kiai lain.

Acara usai sekitar jam sebelas malam. Setelah bercengkrama dengan beberapa kiai, kami pulang sekitar jam 00.30. Ikut juga bersama kami ke Surabaya D. Zawawi Imron. Saya tidak lagi jadi navigator sebagaimana saat berangkat alias tidur di bangku belakang. Sejarah berjalannya mobil saya tidak tahu sama sekali, yang jelas pukul 03.30 kami sampai di Surabaya.

[caption id="attachment_157271" align="alignnone" width="300" caption="Pantura"][/caption]

Setelah saya hitung, berarti perjalanan Semarang –Surabaya hanya tiga jam. Tidak masuk akal. Lh wong saya Surabaya Rembang saja tiga jam. Itupun kalau pas tidak macet. Cak Di, setelah sholat subuh saya tanya.

”Sampean tadi malam nyopirnya seperti apa Cak?”

”Ya biasa-biasa saja, bedanya nyopirnya seperti ngawang. Tidak ada gronjalan”

Saya kemudian nyletuk, ”Ini yang hebat Kiainya atau sopirnya ya?”

Hehe....Tidak ada yang ngaku.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun