Mohon tunggu...
Arifin BeHa
Arifin BeHa Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan senior tinggal di Surabaya

Wartawan senior tinggal di Surabaya. Dan penulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menikmati Gerhana Matahari di Langit Al Muslimun

9 Maret 2016   10:41 Diperbarui: 10 Maret 2016   05:23 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ruang utama Masjid AL Muslimun Rungkut Barata, Kecamatan Gunung Anyar-Surabaya, Rabu (9/3/2016) pagi, lebih meriah daripada biasanya. Jamaah berbondong-bondong, datang dari berbagai lapisan usia. Tua, muda, anak-anak, dan bahkan ada seorang ibu datang menggendong bayinya. Puluhan jamaah membentuk barisan atau biasa disebut shaf. Jamaah pria di barisan depan, sementara jamaah wanita di bagian belakang.

[caption caption="Suasana dari halaman belakang Masjid hari Rabu pagi"][/caption]Mereka melaksanakan salat Gerhana Matahari Total 2016, disusul kemudian mendengarkan tausiyah ustadz Carlos Abu Hamzah. Di tengah suasana khusyuk itu sekali-sekali terdengar suara "klik", bunyi kamera atau handphone milik jamaah. Sudah pasti ada yang mengabadikan momen ini. Anak-anak berlarian di serambi masjid sesekali mengintip gerhana lewat kacamata khusus.

Hari ini sungguh jauh berbeda dengan keadaan Gerhana Matahari Total (GMT) tahun 1983. Sejenak saya merangkai kenangan, GMT itu terjadi tanggal 11 Juni 1983 bertepatan dengan 29 Sya’ban 1403 H. Kalau tidak salah ingat, siang sekitar pukul 11.00 WIB terjadi gerhana, malamnya umat Islam mengadakan salat tarawih, sebab esok hari 12 Juni 1983 merupakan permulaan puasa Ramadan 1403 H.

Peristiwa GMT 1983 penuh keterbatasan sarana. Pada usia “kepala 2” saya dapat menikmati gerhana matahari yang waktu itu disebut-sebut sebagai peristiwa menyeramkan dan tabu untuk dilihat langsung. Pemerintah melarang keras bagi siapapun, tanpa kecuali. Inilah salah satu kekeliruan informasi yang berakibat fatal. Teknologi belum canggih membuat para peneliti salah kaprah menyikapi GMT 1983.

[caption caption="Anak-anak mengintai gerhana matahari dari serambi Masjid"]

[/caption]Menjadi wartawan salah satu media Jakarta (Harian Pos Kota) saya mendapat tugas liputan di Kebun Binatang Surabaya-KBS. Teman jurnalis lainnya ada yang standby di Tanjung Kodok, Lamongan atau di wilayah lain. KBS, pada saat berlangsung GMT tiba-tiba gelap gulita, seperti halnya waktu malam. Salah seorang wartawan senior-yang sepanjang hidupnya baru kali ini melihatnya tertunduk kepalanya.

Sekitar 5 menit berselang, cahaya matahari muncul lagi. Mula-mula seperti datangnya matahari pagi. Dalam liputan itu, saya menuliskan suasana dimana ada hewan KBS mengeluarkan suara sebagaimana halnya ketika matahari mulai beranjak naik menuju ufuk. Kokok ayam ramai, bersahut-sahutan! Kejadian itu sangat cepat, karena dalam hitungan detik matahari kembali ke posisi awal, terang benderang.

 

Luar biasa

Tahun 1983 Masjid AL Muslimun belum semegah saat ini. Buku “Sejarah Masjid AL Muslimun Rungkut Barata Surabaya” (diterbitkan secara terbatas tahun 2007) tertulis, bahwa sebuah rapat pengurus RW Rungkut Barata tanggal 20 Januari 1983, baru sebatas menggagas terbentuknya panitia pembangunan masjid. Kemudian ditetapkanlah rencana bangunan masjid pada areal tanah seluas 3500 meterpersegi dengan biaya sebesar Rp 18.000.000,- Saya membayangkan masjid AL Muslimun saat itu tengah berada dalam lipatan badai. Berproses menuju cita-cita besar.

Kini - 33 tahun kemudian (1983-2016) masjid AL Muslimun menjelma menjadi bangunan permanen yang kukuh. Padahal awalnya cuma berupa “bedeng”. Sebentar lagi bakal dilengkapi gedung dakwah. Periode pengurus pun silih berganti. Dari semula pola ketakmiran sekarang bentuknya yayasan berakte notaris. Terbaru, susunan personalia Yayasan Masjid AL Muslimun berjumlah 71 orang. Di tengah modernisasi jaman kalau SDM sebanyak itu tidak bergerak maksimal, sungguh merugi. Harus luar biasa!

[caption caption="Ibu-ibu Pewirta menyerahkan bantuan ke Pondok Pesantren Metal, Pasuruan"]

[/caption]Kegiatan amaliah pun semakin beragam. Selain memenuhi kebutuhan jamaah intern, syiar agama mulai keluar dari komplek Perumahan Rungkut Barata Surabaya. Dimotori ibu-ibu Pewirta-Pengajian Wanita Rungkut Barata- memberikan santunan kepada sejumlah panti asuhan, pengelola rumah jompo, korban bencana alam dan korban musibah kebakaran. Koperasi AL Muslimun sejak tahun 2013 sudah memiliki badan hukum.  Di kemudian hari sesuai UU 25/1992 lembaga koperasi simpan pinjam ini bertekad melebarkan kegiatan serba usaha untuk memenuhi kebutuhan jamaahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun