Beberapa program dari pemerintah sudah mengarah ke perbaikan. Salah satunya adalah program peningkatan mutu jurnal nasional melalui Arjuna (Akreditasi Jurnal Nasional) dan SINTA (Science and Technology Index) yang mewadahi jurnal-jurnal berbahasa Indonesia agar lebih diakui dan digunakan oleh komunitas ilmiah. Bahkan Kemendikbudristek juga mengadakan berbagai pelatihan penulisan ilmiah dalam Bahasa Indonesia, termasuk kompetisi esai ilmiah dengan pendekatan populer.
Namun ini belum cukup. Harus ada kesadaran kolektif, termasuk dari rektorat, dosen pembimbing, reviewer jurnal, hingga pengelola perpustakaan kampus, untuk tidak mendiskriminasi karya ilmiah berbahasa Indonesia. Penggunaan Bahasa Indonesia harus dilihat sebagai pilihan akademik yang strategis, bukan keterpaksaan administratif.
Pendidikan Tinggi sebagai Garda Terdepan
Dalam sejarah bangsa, Bahasa Indonesia tidak tumbuh di ruang kosong. Ia lahir dari proses panjang perjuangan kultural dan politik. Sumpah Pemuda 1928 menjadi tonggak bahwa bahasa adalah alat perjuangan. Maka sekarang, ketika Indonesia memasuki era persaingan global, perguruan tinggi harus menjadi garda terdepan dalam menjaga dan mengembangkan Bahasa Indonesia---bukan hanya sebagai bahasa komunikasi, tetapi juga sebagai bahasa ilmu, bahasa riset, dan bahasa inovasi.
Bayangkan jika semua hasil penelitian tentang budaya lokal, sistem pertanian tradisional, pemetaan bencana, hingga strategi pembangunan desa ditulis dalam Bahasa Indonesia yang mudah diakses. Maka ilmu pengetahuan tidak akan tinggal di menara gading, tapi akan kembali kepada rakyat yang menjadi sumber inspirasi dan penerima manfaatnya.
Membangun Keilmuan dari Bahasa Sendiri
Menulis dalam Bahasa Indonesia bukan berarti mengabaikan dunia internasional. Justru itu adalah langkah awal untuk memperkuat pijakan. Kita bisa tetap menerjemahkan karya terbaik kita ke dalam bahasa asing jika memang dibutuhkan. Tapi sebelum itu, mari kita hasilkan karya terbaik yang lahir dari konteks, pengalaman, dan pemikiran kita sendiri---dengan bahasa yang kita pahami sepenuhnya.
Pendidikan tinggi Indonesia tidak akan benar-benar berdaulat jika tidak memberi tempat utama bagi Bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu. Mari kita kembalikan martabat bahasa sendiri, bukan dengan pidato, tapi lewat praktik nyata dalam dunia akademik.
Bahasa Indonesia adalah bahasa kita, bahasa ilmu kita, dan bahasa masa depan kita.
Studi Kasus: Ketika Bahasa Indonesia Diperjuangkan di Lingkungan Kampus
Untuk memahami realitas penggunaan Bahasa Indonesia di pendidikan tinggi, mari kita tengok beberapa contoh nyata.