Tertegun, Dimmy seperti mengenali suara itu. Ia menoleh ke arah suara itu dan melihat Pak Harno, tetangga beda dua rumah dari rumahnya.
"Loh, Pak." Ia segera berdiri dan memberi salam dengan mencium tangan tetangganya itu. Ia tak pernah berpikir kalau tetangganya itu berdinas di sekitar pos penjagaan lalu lintas tempat saat ini dia ditilang.
Sontak petugas polisi yang sedang menulis surat tilang untuk Dimmy mengalami perubahan raut wajah, tersisip sedikit kebingungan.
"Eh, Pak Harno. Bapak kenal dengan adik ini?" sang petugas menghampiri seniornya tersebut dan memberi hormat.
"Iya Pak Rudi. Kebetulan adik ini anaknya tetangga saya di rumah. Saya juga heran kenapa dia ada di sini."
"Iya Pak, adik ini tadi menerobos lampu merah dan saya harus menindaknya."
Pak Harno menatap Dimmy, dan terlihat rasa takut dan menyesal bercampur jadi satu.
"Apa itu benar Dim?"
"Betul pak"
Dimmy akhirnya menjelaskan kronologinya secara panjang lebar kepada Pak Harno. Keempat orang yang ada di pos jaga tersebutpun terlibat dalam pembicaraan yang dalam. Selama setengah jam pembicaraan itu berlangsung dengan keempat orang itu saling menanggapi obrolan satu dan lainnya.
"Oh jadi begitu ceritanya Dim?"