Mohon tunggu...
ArielAri
ArielAri Mohon Tunggu... Mahasiswa

Otomotif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kirab Tumpeng: Ungkapan Syukur atas Hasil Panen di Ngablak Magelang

21 Februari 2025   17:45 Diperbarui: 21 Februari 2025   17:57 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabupaten Magelang, khususnya Kecamatan Ngablak, memiliki tradisi budaya yang kaya dan terus dilestarikan oleh masyarakatnya. Salah satu tradisi yang paling khas dan rutin digelar setiap tahun adalah Kirab Tumpeng, yang merupakan perwujudan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Tradisi ini tidak hanya menjadi sarana untuk bersyukur kepada Tuhan, tetapi juga mempererat hubungan sosial antarwarga dan melestarikan nilai-nilai budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. 

Makna dan Filosofi Kirab Tumpeng

Kirab Tumpeng merupakan bentuk penghormatan kepada Tuhan atas rezeki yang diberikan melalui hasil pertanian yang melimpah. Mayoritas penduduk di Ngablak bermata pencaharian sebagai petani, sehingga keberhasilan panen menjadi hal yang sangat penting bagi kesejahteraan mereka. Dengan mengadakan kirab ini, masyarakat berharap agar hasil pertanian di tahun-tahun berikutnya tetap baik dan semakin meningkat. 

Tumpeng yang digunakan dalam kirab ini memiliki makna simbolis yang mendalam. Biasanya, tumpeng dibuat dari nasi kuning atau nasi putih, berbentuk kerucut sebagai perlambang gunung yang melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran. Tumpeng ini dikelilingi oleh berbagai lauk-pauk dan hasil pertanian seperti sayuran, buah-buahan, serta umbi-umbian, yang mencerminkan kekayaan alam dan keberlimpahan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat Ngablak. 

Selain itu, prosesi kirab juga menjadi bentuk penghormatan kepada para leluhur yang diyakini telah berjasa dalam membangun desa dan memberikan ilmu pertanian kepada masyarakat setempat. 

Prosesi Kirab Tumpeng

Acara Kirab Tumpeng biasanya dimulai dari titik kumpul di desa-desa yang terlibat, seperti Dusun Sowanan lalu akan diarak keliling ke Dusun Ngablak. Warga berkumpul mengenakan pakaian adat Jawa, membawa tumpeng di atas kepala mereka sebagai simbol penghormatan dan rasa syukur. Kirab ini dilakukan dengan berjalan kaki secara beriringan sambil diiringi oleh musik tradisional, seperti gamelan. 

Rute kirab biasanya mengarah ke tempat-tempat yang dianggap sakral atau bersejarah di daerah tersebut. Salah satu tujuan utama adalah Makam Eyang Suro Gendero, yang dipercaya sebagai tempat peristirahatan seorang tokoh penting yang turut berjuang dalam perjuangan Pangeran Diponegoro. Setibanya di lokasi, warga akan mengadakan doa bersama untuk mengenang jasa para leluhur dan memohon berkah agar desa mereka selalu dalam keadaan sejahtera. 

Setelah prosesi doa selesai, acara dilanjutkan dengan pembagian tumpeng. Masyarakat akan duduk bersama untuk makan tumpeng dalam suasana kebersamaan yang hangat. Tradisi ini mencerminkan nilai gotong royong dan solidaritas yang masih kuat di kalangan masyarakat Ngablak. 

Kirab Tumpeng dan Pariwisata Budaya

Selain sebagai tradisi keagamaan dan budaya, Kirab Tumpeng juga memiliki potensi besar sebagai daya tarik wisata. Setiap tahunnya, banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang untuk menyaksikan keunikan acara ini. Pemerintah daerah dan komunitas budaya setempat terus berupaya untuk mengenalkan Kirab Tumpeng kepada khalayak luas agar tradisi ini tetap lestari dan semakin dikenal oleh masyarakat luar. 

Acara ini juga menjadi momen penting bagi para petani untuk memamerkan hasil pertanian terbaik mereka. Dalam beberapa kesempatan, diadakan pula pameran produk lokal, seperti sayur-mayur organik, kerajinan tangan, serta makanan khas daerah yang turut memeriahkan perayaan ini. Dengan demikian, Kirab Tumpeng tidak hanya berfungsi sebagai sarana spiritual, tetapi juga sebagai ajang promosi produk lokal yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. 

Pelestarian Tradisi Kirab Tumpeng

Sebagai warisan budaya yang telah berlangsung selama bertahun-tahun, Kirab Tumpeng terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Ngablak. Generasi muda diajak untuk ikut serta dalam berbagai aspek persiapan dan pelaksanaan acara ini, agar mereka memahami nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

Pemerintah daerah juga mendukung keberlangsungan tradisi ini dengan mengadakan berbagai program edukasi dan pelatihan budaya. Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, diharapkan Kirab Tumpeng dapat terus dilaksanakan di masa depan dan tetap menjadi kebanggaan masyarakat Ngablak serta Kabupaten Magelang secara keseluruhan. 

Kesimpulan

Kirab Tumpeng di Ngablak, Kabupaten Magelang, merupakan tradisi yang sarat akan makna dan nilai-nilai luhur. Sebagai bentuk ungkapan syukur atas hasil panen, kirab ini tidak hanya mempererat hubungan sosial antarwarga, tetapi juga memperkuat identitas budaya masyarakat setempat. Dengan adanya upaya pelestarian dan pengembangan, Kirab Tumpeng diharapkan dapat terus menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Ngablak dan tetap dikenal oleh generasi yang akan datang. 

Tradisi ini membuktikan bahwa budaya dan spiritualitas dapat berjalan beriringan dalam kehidupan masyarakat agraris di Indonesia, serta menjadi salah satu kekayaan budaya yang patut dibanggakan dan dilestarikan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun