Mohon tunggu...
@Arie
@Arie Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang mau berfikir luar biasa. that is

Orang biasa, yang mau berfikir luar biasa. Hobi menulis sejak remaja, sayangnya baru ketemu Kompasiana. Humanis, Humoris, Optimis. Menjalani hidup apa ada nya.@ Selalu Bersyukur . Mencintai NKRI. " Salam Satu Negeri,!!" MERDEKA,!!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kulihat Binar di Mata Ayah

9 Oktober 2019   11:39 Diperbarui: 11 Oktober 2019   19:58 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image :imdonesiainside.com - Kapal Embarkasi

TRUE Story : Dari Serial Kusujudkan Cintaku di Mesjid Sultan ( Eps.42)

Bab.X.hal.4 Mengundang orang tua,

##, Mengundang orang tua ke Jawa

Tiga hari kemudian, aku menelfon orangtua ku, dan bertanya,:"Apakah mereka mau ku berangkat kan ke Jawa,?".  Mereka ternyata  mau , dan menyambut baik niat ku.  Segera ku kirimkan ongkos kapal buat mereka berempat, kedua orang tua bersama dua adik ku.  

Setelah ber upaya dengan segala cara, ticket kapal yang tersisa hanya tinggal yang tujuan  Cirebon, Kapal tujuan Surabaya ticket nya sudah habis terjual.  Kubilang gak apa-apa, nanti aku yang akan jemput mereka ke Cirebon!". Begitu mereka konfirmasi keberangkatan dari Ponti, Aku juga berangkat dari Bali ke Cirebon, guna menunggu kedatangan mereka disana.

Pagi ini, kapal merapat di dermaga Cirebon. Ku sambut mereka dan ku persilahkan beristirahat sejenak di kamar hotel yang telah ku sediakan sebelum nya. Ayah ku terlihat sangat gembira sekali. 

Beliau terlihat bersemangat untuk segera secepat nya sampai dirumah ku, dan bertemu dengan kedua cucu nya. Ibu ku juga sumringah. Kedua adik ku juga  terlihat gembira luar biasa. Maklum, baru kali ini mereka sampai ke Pulau Jawa.

Kemaren, aku sudah memesan tiket kereta api untuk kami ber lima. Lintasan : Cirebon - Surabaya. Pukul  Sembilan malam, kereta api dari Jakarta tujuan Surabaya, memasuki stasiun Cirebon.  

Kami segera naik dan melanjutkan perjalanan ke Surabaya. Sepanjang perjalanan malam itu, kami,:  Aku dan Ayah ku , berbicara banyak hal.  Sesekali Beliau  menarik kepala ku dan menciumi kening ku. Rupanya beliau cukup rindu, meski baru sekitar setahun yang lalu kami bertemu, ketika aku pulang ke Ponti, tempo hari.  

Ayahku memang sangat mengasihi semua anak - anak nya.  Seingat ku, ketika kami dulu dibesarkan,  kami tak pernah di perlakukan dengan kasar, apalagi sampai disakiti secara phisik. 

Tidak pernah sama sekali.  Seperti apa pun kenakalan kami , empat anak laki - laki, dan satu perempuan,- beliau tak pernah sampai menjatuhkan tangan. Biasanya beliau hanya mengurut  dada, dan mengeluarkan kata - kata, :" OOh, anak ku, semoga kalian nanti jadi orang semua, dan bakti sama orang tua," itu saja. 

Image : radarcirebon.com - Penumpang naik kereta
Image : radarcirebon.com - Penumpang naik kereta
Malam itu, Kulihat mata ayah ku berbinar -binar, tanda kebahagiaan hati nya di usia yang sudah mulai senja. Keriput  mulai bergayut di kelopak mata dan tulang pipi nya. Bekas gurat-gurat perjuangan hidup membesar kan kelima anaknya.  

Dalam hati aku bergumam,, " Ya Allah, belum ada yang dapat kulakukan  dan ku baktikan pada mereka, sementara waktu tanpa kompromi menggilas nya,?"  Rasanya baru kemaren aku dipimpin dengan genggaman tangan kokoh nya, rasanya baru saja, aku merebahkan kepala di pangkuan ibu ku, dan hari ini, aku telah menjadi orang tua, dengan dua anak . Waktu memang tak pernah menunggu,!" Begitu cepat ia  melintas dan melindas, mengubah hari dan bulan, tanggal dan tahun. 

Alangkah sia sia nya hidup, jika kita tak menikmati waktu yang kita lalui. karena hidup sangat berharga. Karena hidup adalah anugrah.

Bagiku,  apa yang telah kulalui adalah pengalaman batin, yang memperkokoh identitas diri dan kesadaran tentang arti kelahiran ku. Sekarang aku tahu  bahwa kelahiran ku tak lebih hanyalah agar aku menemukan Tuhanku.  

Menyembahnya dengan kesadaran penuh. Meyakini dengan sepenuh hati.  Karena sepanjang hidup yang kulalui, tak pernah putus bantuan dan pertolongan Nya atas ku. Alhamdulillah!

Suara Ayah ku sayup - sayup hilang dari pendengaran. Aku tertidur pulas sekitar jam : 03.00 malam diatas kereta yang melaju kencang menuju Surabaya malam itu. 

Setibanya di Surabaya, ku carterkan mobil untuk kami sekeluarga. Dan sekitar pukul setengah sepuluh pagi, kami  tiba dirumah.  Istri dan kedua anakku menyambut mereka.  Anak ku masih kecil, yang pertama berusia tiga  tahun dan yang kedua dua tahun, tapi mereka sudah bisa berjalan dan bicara dengan celoteh lucunya.  

Ayahku memeluk dan menggendong kedua cucu nya.  Aneh nya, kedua anak ku terlihat senang dan tidak menangis, padahal biasa nya, mereka akan lari kepelukan istri ku, ketika bertemu dengan orang yang tidak pernah dilihat sebelum nya. Mungkin naluri mereka mengerti, bahwa ini adalah kakek nya.

Image:republika.com - diatas kereta
Image:republika.com - diatas kereta
Sekitar setengah tahun,  ibu beserta kedua adik ku tinggal bersama kami.  Kadang mereka di rumah ku, kadang mereka ku ajak ke Bali. Sebelum akhir nya mereka pulang, dan tak pernah datang lagi.  Ayahku tetap bertahan, sampai setahun kemudian. 

Beliau kuberi kebebasan. Mau ikut dengan ku, atau tinggal bersama cucu. Kadang beliau ikut bersama ku, kadang tinggal dirumah bersama cucu dan menantu. Kurang lebih setahun, beliau juga ingin pulang, aku ber upaya menahan nya, sekuat tenaga, tapi upaya ku sia - sia. 

Waktu itu sekitar tahun dua ribu satu, pesawat rute Surabaya - Pontianak, belum tersedia di bandara Juanda. Hanya ada rute Pontianak Yogya, Semarang, dan jakarta saja. Akhir nya beliau  kuantarkan sampai pelabuhan laut  Surabaya, untuk naik kapal, dengan kutitipkan pada salah satu teman, yang juga punya tujuan yang sama kesana. 

Beliau pulang ke tanah kelahiran nya, dengan menumpang kapal Senopati Nusantara, Surabaya - Pontianak. Rupa nya itu lah pertemuan terakhir kami, sampai beliau menutup mata, sekitar tahun dua ribu lima, dan aku tak dapat  hadir mencium mayat nya, karena tempo hari lagi di ujung pandang, dan tak dapat tiket pesawat, untuk tiba tepat waktu, sebelum jenazah nya di kebumi kan. Selamat jalan Ayah. 

Bersambung episode : 43 ( baca disini ) ( baca dari awal )@Arie,09102019,=


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun