Mohon tunggu...
@Arie
@Arie Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang mau berfikir luar biasa. that is

Orang biasa, yang mau berfikir luar biasa. Hobi menulis sejak remaja, sayangnya baru ketemu Kompasiana. Humanis, Humoris, Optimis. Menjalani hidup apa ada nya.@ Selalu Bersyukur . Mencintai NKRI. " Salam Satu Negeri,!!" MERDEKA,!!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Batinku Luka Parah(Eps. 18)

15 September 2019   08:00 Diperbarui: 9 Oktober 2019   15:36 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Batinku luka parah - image: episodeku.blogspot.com

Mengapa hatiku disiksa, mengapa jiwaku dibuat merana, mengapa aku tak Kau takdir kan untuk bersama nya, mengapa? Jika Kau ciptakan rasa, lalu kenapa kemudian Kau gunakan untuk menyiksa? Aku tak pernah mengenal rasa cinta, Kau lah yang menanam nya,!"

Bukankah Cinta adalah rasa yang menjadi penerus generasi manusia? Jika cinta merupakan anugrah, agar dengan itu keberlangsungan species manusia, dengan membentuk rumah tangga yang Sakinah, Mawaddah wa Rahmah, apakah aku tak berhak atas nya?

Tuhan, Aku mencintai nya - Image : episodeku.blogspot.com
Tuhan, Aku mencintai nya - Image : episodeku.blogspot.com

"Aku mencintainya , ya Allah, dengan cinta sesuci Adam untuk Hawa. Dengan cinta setulus Qais  untuk  Laila.  Aku ingin menikahinya. Aku ingin hidup bersamanya, dan tak terpisah, hingga maut menjemput. Apakah itu salah?  ( lihat juga )

 "Aku tak pernah menodai cintaku dengan nafsu.  Aku tak pernah menyentuhnya dalam arti kata sebenarnya. Bahkan hatta sekedar memegang tangan nya.  Aku terlalu memuja nya.  Aku sangat menghargai nya.  Di mataku, ia bak permata yang sangat istimewa,"

"Ingin ku simpan dalam bingkai kaca jiwa. Ku pandangi dengan penuh rasa . Dan nantinya, kan ku timang buah cinta dari Nya. Anak -- anak ku yang akan lahir dari rahim Nya.  Ya Allah, salah kah jika ini yang jadi cita-cita,?"   ( baca juga )
" Pungguk Merindukan Bulan,"
Pekat malam tanpa Gemintang,

Diantara penat dan letih

Aku tengadah

Menatap langit-langit kamar

Lalu senyumnya melintas,

Dan gema suaranya terngiang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun