Mengapa hatiku disiksa, mengapa jiwaku dibuat merana, mengapa aku tak Kau takdir kan untuk bersama nya, mengapa? Jika Kau ciptakan rasa, lalu kenapa kemudian Kau gunakan untuk menyiksa? Aku tak pernah mengenal rasa cinta, Kau lah yang menanam nya,!"
Bukankah Cinta adalah rasa yang menjadi penerus generasi manusia? Jika cinta merupakan anugrah, agar dengan itu keberlangsungan species manusia, dengan membentuk rumah tangga yang Sakinah, Mawaddah wa Rahmah, apakah aku tak berhak atas nya?
"Aku mencintainya , ya Allah, dengan cinta sesuci Adam untuk Hawa. Dengan cinta setulus Qais  untuk  Laila.  Aku ingin menikahinya. Aku ingin hidup bersamanya, dan tak terpisah, hingga maut menjemput. Apakah itu salah?  ( lihat juga )
 "Aku tak pernah menodai cintaku dengan nafsu.  Aku tak pernah menyentuhnya dalam arti kata sebenarnya. Bahkan hatta sekedar memegang tangan nya.  Aku terlalu memuja nya.  Aku sangat menghargai nya.  Di mataku, ia bak permata yang sangat istimewa,"
"Ingin ku simpan dalam bingkai kaca jiwa. Ku pandangi dengan penuh rasa . Dan nantinya, kan ku timang buah cinta dari Nya. Anak -- anak ku yang akan lahir dari rahim Nya.  Ya Allah, salah kah jika ini yang jadi cita-cita,?"  ( baca juga )
" Pungguk Merindukan Bulan,"
Pekat malam tanpa Gemintang,
Diantara penat dan letih
Aku tengadah
Menatap langit-langit kamar
Lalu senyumnya melintas,
Dan gema suaranya terngiang