Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Pentingnya Komunitas bagi Para Penulis Puisi

1 Oktober 2020   22:12 Diperbarui: 2 Oktober 2020   00:11 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi pertama tayang di Kompasiana, 1 Desember 2018, dokumen pribadi Ari Budiyanti

Puisi keseratus di Kompasiana, Desember 2018, dokumen pribadi Ari Budiyanti
Puisi keseratus di Kompasiana, Desember 2018, dokumen pribadi Ari Budiyanti
Teman-teman Kompasianer yang baik hati, jangan tanyakan berapa banyak total puisi saya di Kompasiana sekarang ya. saya tidak pernah hitung lagi. dengan pencapaian artikel saya yang ke 1071, bisa jadi 60-70% adalah puisi.

Jika perasaan mendukung dan inspirasi datang, saya bisa menulis 3 - 4 puisi sehari. sampai sekarang pun saya masih rutin berpuisi. Paling tidak ada 1 puisi saya kirimkan di Kompasiana dalam 1 hari. 

Ada kalanya saya tidak berpuisi namun menulis artikel lain. Namun saya berusaha untuk terus menulis, karena saya menyukai aktivitas ini. Pada bulan Juni 2020, saya dipertemukan dengan Komunitas Sajak Indonesia. 

Saya mendapat kesempatan untuk ikut berbagian menerbitkan buku Antologi Puisi berjudul Untaian Kata Sang Penyair. Ada 6 puisi saya yang terbit dalam buku ini. salah satunya adalah puisi berjudul Ketika Alam Marah. 

Komunitas itu penting bagi kita, para penulis puisi. Setidaknya bagi saya yang sudah merasakan manfaatnya hingga saat ini. Salah satu Kompasianer yang selalu setia berkenan membaca puisi-puisi saya, memberikan vote dan komentar positif adalah Bapak I Ketut Suweca. Saya sangat menghargainya.

Jujur saya merasa sangat bahagia dan bangga ketika puisi-puisi saya ditunggu kehadirannya. Ada semangat tersendiri yang saya rasakan saat membaca komentar-komentar positif dari rekan-rekan Kompasianer.

Demikian halnya dengan yang terhormat, Bapak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Helena Roselina, yang senantiasa ramah menyambut saya. Bahkan berkenan memanggil saya dengan ananda. Saya pun menyambut dengan menyapa beliau berdua dengan Ayahanda dan Bunda. 

Komunitas penulis di Kompasiana ini sudah mendekatkan relasi meskipun belum bertatap muka secara langsung. Salam hormat saya untuk beliau berdua, bukan hanya saya kagumi namun juga saya hormati.

Pengalaman menarik lainnya yang saya rasakan dengan setia berpuisi di Kompasiana ini adalah musikalisasi puisi. Empat dari puisi saya sudah dimusikalisasi oleh orang-orang yang berbeda. 

Yang pertama puisi berjudul Indahnya Hati Si Penyair Senja oleh Bapak Asrul Sani Abu. Yang kedua ada dua puisi digabungkan Membatasi Rindu dan mananti Sapamu oleh Elvia Derta. Musikalisasi puisi yang ketiga karya saya berjudul Puisi Tanpa Kata oleh Senandikustik. 


Kompasiana juga memberikan saya kesempatan berkenalan dengan para penulis puisi yang lainnya. Konsistensi rekan-rekan Kompasiner dalam berpuisi memberi saya semangat dan inpirasi tersendiri untuk ikut terus berpuisi. Terimakasih banyak untuk semua rekan penulis puisi di Kompasiana. Tetaplah berpuisi untuk literasi bangsa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun