Mohon tunggu...
Arfi Zon
Arfi Zon Mohon Tunggu... Penulis - PNS dan Penulis

Seorang Pegawai Negeri Sipil yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Mudik Horor (Bab 1)

23 Juli 2021   07:21 Diperbarui: 23 Juli 2021   15:41 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tidak seperti petunjuk-petunjuk google map sebelumnya yang kuikuti dengan yakin, kali ini serasa ada yang mengganjal di hatiku. Entah kenapa.

Aku belokkan mobil ke kanan. Kami telusuri terus jalan sesuai petunjuk google map itu.

Awalnya jalanan ramai, tapi makin lama makin sepi. Makin jarang berpapasan dengan kendaraan lain. Bahkan dengan sepeda motor sekalipun.

Selang dua puluh menit sejak kami belok kanan tadi, kembali terdengar suara perempuan narator google map berkata,

"Dua ratus meter lagi belok kiri."

Sampai di persimpangan yang dimaksud google map, aku kembali menepikan mobil dan tertegun. Terlihat jalanan yang disarankan itu lebih kecil dan gelap. Namun, tidak ada pilihan. Sudah terlanjur mengikuti petunjuk google map, ya ikuti saja terus. Cuma itu yang terfikir olehku. Sebab, kalau tidak mau mengikuti dan balik lagi ke arah semula, sudah terlalu jauh. Sudah sekitar dua puluh lima kilo meter.

Dengan hati yang semakin bimbang, aku belok kiri dan terus mengemudi dalam kecepatan sedang. Aku menoleh ke kiri, rupanya istri sudah tertidur dengan handphone masih tergeletak di pangkuannya. Aku lihat ke belakang, anak-anak juga masih pada tertidur semua.

Di luar, gerimis masih terus turun. Wiper kuhidupkan dengan setelan jeda. Aku coba mempelajari suasana kiri kanan jalan. Tak terlalu jelas terlihat. Tapi sepertinya hutan karet. Semakin jauh berjalan, suasana semakin terasa mencekam. Sudah tidak satupun terlihat rumah-rumah penduduk.

Dan, aku baru tersadar, bahwa sejak belok kiri tadi, belum sekalipun kami berpapasan dengan kendaraan lain. Berulang-ulang kuintip ke spion kabin, juga tidak pernah terlihat sama sekali ada pendar cahaya pertanda ada kendaraan lain di belakang kami. Artinya, dari tadi memang hanya kami sendiri yang melewati jalan ini. Aku mulai bergidik.

Sudah tiga puluh menit sejak belok kiri tadi, kondisi masih sama, semua gelap gulita kecuali jalanan yang tersorot cahaya lampu mobil kami.

Jalanan mulai menanjak dan menurun. Kiri kanan yang tadinya kebun, sekarang sebelah kiri perbukitan sedangkan sebelah kanan sepertinya jurang. Masih belum satupun ada kendaraan yang berpapasan dengan kami. Di belakang juga sama, masih saja tidak ada kendaraan lain yang terlihat menyusul kami. Aku lirik jam di speedo meter, pukul 20.45.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun