Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ayam Cemani dari Pragolo

25 Juni 2019   21:12 Diperbarui: 25 Juni 2019   21:19 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hati aku ngedumel, manusia sekarang kok makin aneh saja. Sudah kaya kok masih saja kepingin lebih kaya lagi dan mau jadi pejabat pula.

0 0 0 0

Fee dari Pragolo. Dokpri
Fee dari Pragolo. Dokpri
Selasa Legi, 25 Juni 2019

Udara dingin Bromo sekitar 17 derajat membuat aku ogah-ogahan ke ladang selain keluar mencari sinyal untuk berwearia dengan Mbak Radina dan Mas Hari. Sinyal yang kendip-kendip mengajakku keluar dan duduk di bawah pohon carica depan rumah. Eh, tiba-tiba saja Paito dan Wagiman muncul dengan naik sekuduk jaman milenial.

Setelah sejenak berbincang Paito memberikan ajam jago cemani (ayam yang serba hitam). Wagiman memberikan sebuah amplop kecil dan tanpa ba bi bu kubuka berisi uang seratus ribu dengan secarik voucher yang di baliknya tertulis 'matur nuwun' Aku cuma tersenyum sambil sedikit nggrundul pelecehan profesi dan ngumpat dalam hati 'kuuaaaaaampreeet.....'

Untuk memandikan. Dokpri
Untuk memandikan. Dokpri
Sesajen sudah siap.
Sesajen sudah siap.
"Harusnya Pragolo ikut ke sini tuk kumandikan eh kuguyang di pelataran dengan sebaskom kembang kenanga biar seger pikirannya. Dan ayam cemaninya kok cuma jago hla babonnya manaaaa....?"

"Waduuuuh ga tau Mbah....."

"Wah kalo begini sulit terpilih jadi lurah."

"Lebih baik begitu Mbah. Nanti janda yang biasanya naik dokar bisa tambah kepingin jadi istrinya. Padahal aku juga naksir....."

"Oawalaaaaa To....Paito..." sergah Wagiman.

"Hla gak mungkin janda naksir kamu. Gak patut (pantas)!" sahut Paito sambil ngakak. Wagiman hanya mesem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun