Mohon tunggu...
Ryan Ardiansyah
Ryan Ardiansyah Mohon Tunggu... Penulis - Tak ada kosa kata yang mampu mengambarkan

Barangkali kopi kita kurang diaduk

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Resepsi Kesunyian

6 April 2021   00:18 Diperbarui: 6 April 2021   00:25 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Akan tiba disebuah imajinasi yang menghantarkan pada sebuah pertanyaan
Kapan kita akan bertemu kembali dalam sebuah resepsi kesunyian dan riuh orang-orang berpesta

Dimana aku dan kalian mengeja satu persatu huruf yang menjadi lokomotif politik
Sambil menuangkan air panas ke dalam bubuk kopi dan mengaduknya

Kepengapan membawa pada sebuah ruangan kosong yang singkat
Dimana banyak yang terdekat asik duduk di kursi yang empuk dengan busa yang tebal oleh kefanaan

Dua mata rajawali telah berimajinasi tentang Lazuardi yang begitu luas
Memberikan keluasan samudra dan kedalaman benua menembus batas-batas feodal

Skeptis-skeptis ini telah membuat ku menjadi lambat
Kalian dengan lantangnya meneriakkan untuk melangkah lebih cepat

Semoga aku, kamu dan kalian tetap akrab dalam panjangnya malam dan tenggelam dalam pekatnya kopi

Akan tiba disebuah imajinasi yang menghantarkan pada sebuah pertanyaan
Kapan kita akan bertemu kembali dalam sebuah resepsi kesunyian dan riuh orang-orang berpesta

Dimana aku dan kalian mengeja satu persatu huruf yang menjadi lokomotif politik
Sambil menuangkan air panas ke dalam bubuk kopi dan mengaduknya

Kepengapan membawa pada sebuah ruangan kosong yang singkat
Dimana banyak yang terdekat asik duduk di kursi yang empuk dengan busa yang tebal oleh kefanaan

Dua mata rajawali telah berimajinasi tentang Lazuardi yang begitu luas
Memberikan keluasan samudra dan kedalaman benua menembus batas-batas feodal

Skeptis-skeptis ini telah membuat ku menjadi lambat
Kalian dengan lantangnya meneriakkan untuk melangkah lebih cepat

Semoga aku, kamu dan kalian tetap akrab dalam panjangnya malam dan tenggelam dalam pekatnya kopi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun