"Beda kelas gimana?"
"Buah delima, buah avel, emang nggak sama, sudah pasti nggak selevel, Teh.."
Nyengir kuda itu tembok pingin di tabok.
"Ngeledek banget sih Lu, Mbok..."
"Tapi kalau saya nulis buku yang judulnya nama-nama perabot rumah. Misalnya, wajan, panci, periuk, kompor, dandang, sendok sama temennya, batako, genteng, asbes, semen, pasir, reng, kasur, sofa, karpet, lemari, minyak, gula, garam, pestisida, fungsida, sianida, akarisida, herbisida, insektisida, baygon, permen, bayam, kol, buncis euh...."
"Uhuukk...uhuukkk uaakkhh..."
Batuk-batuk itu tembok keselek linggis.
"Udah...udah..udah, Teh. Cukup...cukup. Teh Ara sebenernya mau nulis novel apa mau buka toserba, sih?!"
"Ya nulis novel, lha...Maksudnya kalau bikin judul-judul buku kontroversial begitu  kira novel saya jadi best seller nggak gitu..?"
(Ngarep menatap langit-langit kamar. Sembari melapalkan doa shalat dhuha. Tepatnya doa maksa : Ya Allah, jika tulisan saya masih jelek maka bagusknlah. Jika buku saya kelak belum layak terbit, maka terbitkanlah, jika buku saya belum pantas menjadi best seller, maka pantaskanlah, Bla..bla..bla)Â
Hadeh Teh, Lu berdoa apa nodong, sih. Roman-romannye maksa banget.