Mohon tunggu...
Arachis Verania Ve
Arachis Verania Ve Mohon Tunggu... Writer -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Percakapan Imajiner antara Saya dan Tembok

9 September 2018   09:20 Diperbarui: 9 September 2018   09:52 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Beda kelas gimana?"

"Buah delima, buah avel, emang nggak sama, sudah pasti nggak selevel, Teh.."

Nyengir kuda itu tembok pingin di tabok.

"Ngeledek banget sih Lu, Mbok..."

"Tapi kalau saya nulis buku yang judulnya nama-nama perabot rumah. Misalnya, wajan, panci, periuk, kompor, dandang, sendok sama temennya, batako, genteng, asbes, semen, pasir, reng, kasur, sofa, karpet, lemari, minyak, gula, garam, pestisida, fungsida, sianida, akarisida, herbisida, insektisida, baygon, permen, bayam, kol, buncis euh...."

"Uhuukk...uhuukkk uaakkhh..."

Batuk-batuk itu tembok keselek linggis.

"Udah...udah..udah, Teh. Cukup...cukup. Teh Ara sebenernya mau nulis novel apa mau buka toserba, sih?!"

"Ya nulis novel, lha...Maksudnya kalau bikin judul-judul buku kontroversial begitu  kira novel saya jadi best seller nggak gitu..?"

(Ngarep menatap langit-langit kamar. Sembari melapalkan doa shalat dhuha. Tepatnya doa maksa : Ya Allah, jika tulisan saya masih jelek maka bagusknlah. Jika buku saya kelak belum layak terbit, maka terbitkanlah, jika buku saya belum pantas menjadi best seller, maka pantaskanlah, Bla..bla..bla) 

Hadeh Teh, Lu berdoa apa nodong, sih. Roman-romannye maksa banget.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun