Merujuk kepada kesehatan mental di masa pandemi ini, bagi sebagian orang merasa bahwa ini masih dikatakan sebagai tahun yang cukup rumit. Belum lagi banyak gesekan dan ketegangan yang terjadi.
Dunia sedang tidak bersahabat, tapi kita harus berusaha agar jiwa kita pun bersahabat dengan diri kita. Mengajak diri untuk bisa lebih produktif adalah cara yang paling tepat untuk sedikit melupakan ketegangan-ketegangan yang terjadi akibat dunia yang sedang kacau.Â
Dalam suatu waktu hendaklah kita bisa bekerja secara efisien dan harus tau mana yang menjadi prioritas.Â
Bukan menjadi solusi jika hanya melamun atau memikirkan sesuatu yang memang itu mustahil bisa terjadi jika kita tidak mengusahakannya. Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang manfaat atau dampak yang positif ketika kita produktif.
- Arah dan tujuan hidup jelas. Dengan menjadi produktif kita bisa memiliki arah dan tujuan hidup kita. Hidup adalah kesempatan, maka itulah kesempatan bagi kita untuk mengembangkan diri, mengoreksi diri, dan mencari kesempatan untuk banyak belajar. Setidaknya kita bisa berguna bagi sebagian orang di masa pandemi ini.
- Berkemauan kuat untuk berkembang. Alangkah baiknya jika kita selalu menanamkan keinginan untuk bisa mengembangkan diri menjadi lebih baik, meski dalam keadaan seperti ini untuk melakukan sesuatu pun cukup sulit karena harus mematuhi beberapa aturan yang ada. Banyak melakukan dan mengerjakan sesuatu yang positif dan berguna.
- Ada vibes untuk membagikan ke-produktifitas-an kepada orang lain. Ketahuilah, jika kita bisa lebih produktif dan berguna untuk orang lain, secara tidak sadar kita telah berpotensi untuk membagikan sebuah makna produktif ke orang lain. Bahkan bagi diri kita sendiri pun, itu bisa menjadi nilai plus sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas hidup kita.
- Waktu tidak terbuang sia-sia. Orang yang berani untuk lebih produktif, pasti akan terlihat dari cara hidupnya yang jauh lebih disiplin. Mereka akan selalu membuat jadwal dan rencana setiap hari, dengan tujuan agar apa yang sudah dijadwalkan dapat dikerjakan dengan segera dan tidak menumpuk atau menunda pekerjaan.
Maka apa kaitannya Produktifitas dengan Kesehatan Mental? Bagi sebagian orang yang memang memiliki gangguan kesehatan mental, menjadi produktif adalah sesuatu yang sangat berat dan menyulitkan.Â
Dengan kata lain pribadi itu mengalami stres akibat tidak adanya keseimbangan dalam  mengendalikan kondisi fisik dan emosionalnya saat mengalami ketegangan atau masalah hidup. Dari beberapa seminar tentang kesehatan mental yang pernah saya ikuti, ada hal-hal penting yang saya dapatkan.Â
Stress sendiri terbagi menjadi dua, Eustress dan Distress. Eustress itu sifatnya yang memotivasi seseorang, menjadikan segala sesuatunya itu sebagai sebuah tantangan bagi dirinya untuk bisa meningkatkan kualitas hidupnya. Sedangkan Distress sifatnya negatif, tidak sehat dan bisa merusak diri ataupun kemampuan di dalamnya.Â
Distress ini terjadi akibat adanya suatu tekanan perasaan, kesulitan ataupun ketakutan terhadap suatu bahaya kehidupan yang semakin sulit diatasi. Dari itu semua, semakin merucutlah tingkat ketegangan yang dialami. Menjadikan semuanya itu sebagai beban berat dan mengacu pada emosi-emosi yang negatif bahkan sulit untuk mengontrolnya.
Sangat rentan sekali bagi kaum muda yang saat ini sedang dipusingkan dengan perkuliahan online dan tugas yang terus menumpuk. Bisa dikatakan bahwa dari situlah mereka merasakan adanya ketegangan.
Ada bagi sebagian orang, tugas-tugas yang diberikan itu merupakan sesuatu yang sifatnya memotivasi diri dan menjadikan itu sebagai sebuah tantangan untuk menjadi seorang mahasiswa yang berkarakter.Â
Dia bisa menyelesaikan satu per satu tugasnya dengan sangat baik, itulah yang dimaksud dengan Eustress. Sedangkan bagi yang lain, ada yang menjadikan tugas-tugas itu sebagai beban, dimana dia sendiri tidak mau menjelajahi dirinya untuk mencari tau lebih banyak tentang apa yang terjadi di sekitarnya.Â
Bisa saja tugas-tugas itu merupakan sebuah ancaman bagi dirinya. Dia merasa sulit untuk mengembangkan diri, dia tidak enjoy dalam pengerjaan tugasnya.
 Maka yang terjadi, kadangkala seseorang itu bisa melampiaskan ketidaknyamanannya dengan apapun yang bisa membuatnya bebas dan tidak terikat oleh tugas itu. Itulah kurang lebih yang dinamakan Distress.
Maka, sangat baik jika kaum muda itu bisa menjadi pribadi yang lebih produktif untuk meminimalisirkan terjadinya ketidaknyamanan dalam mengendalikan kondisi fisik dan emosionalnya.Â
Orang  yang produktif tentu saja tidak ingin membuang waktunya dengan sia-sia. Dia selalu membuat perencanaan di setiap harinya untuk hari esok, jika dia sedang dalam masalah harusnya dia bisa lebih fokus pada penyelesaiannya. Yang paling penting adalah, dia bisa menemukan atau menentukan mana saja yang penting untuk dirinya.Â
Produktivitas itu tidak hanya terpaku pada apa yang sudah menjadi rencana, tetapi juga harus bisa menemukan beberapa faktor pendukung, seperti yang paling penting adalah menjaga mood.Â
Semua orang pasti merasakan naik turunnya mood, dan itu bisa sangat berpengaruh dalam merencanakan hidup yang lebih produktiv. Mood adalah perasaan yang bertahan lebih lama daripada emosi. (Niven, 2013)
Mood dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti bagaimana kualitas tidur kita, hubungan sosial kita dengan sekitar, kondisi fisik, perubahan hormon yang terjadi, bahkan keadaan stres yang terjadi juga bisa mempengaruhi mood kita. Mood juga bisa berpotensi untuk meningkatkan stres.Â
Mood yang turun biasanya terjadi karena diri kita sedang lelah, cemas, marah, merasa kurang percaya diri, bahkan frustasi. Maka, sebelum kita menjadi emosi atau marah karena mood yang turun, sadari dan kenali lebih dulu apa yang sedang kita rasakan.Â
Coba dilihat lagi dari kualitas tidur kita, pastikan kita tidur dengan waktu yang cukup. Selektif dalam menyaring berita, apalagi di masa pandemi ini yang masih belum jelas keadaan di luar sana bagaimana. J
angan sampai dari berita itu kita terus kepikiran tentang apa yang akan terjadi di hari esok. Baik jika kita mencoba untuk membuat to-do-list yang tepat, menyusun agenda kegiatan apa saja yang ingin dilakukan untuk satu hari, misalnya target-target yang memang harus dicapai.
Seperti yang kita tau bahwa stres itu merupakan adanya suatu tekanan, maka belajarlah untuk berani mengatakan "TIDAK" pada apa yang memang bukan merupakan bagian kita.Â
Tujuannya agar apa yang sudah menjadi perencanaan awal, tidak terbagi atau terganggu dengan sesuatu yang di "IYA-KAN" yang pada akhirnya diri kita sendiri merasa berat untuk menyelesaikannya dan bahkan tidak sanggup.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI