Guru privat menatap Kim Jun lekat-lekat. Anak laki-laki itu meneruskan kalimatnya.
"Dia menjadi karyawan di pagi hari lalu mengurus anak sepanjang hari. Masakannya lezat dan dia pandai matematika. Hanya saja, menurutnya, untuk pelajaran Bahasa Inggris, kaulah yang terbaik."
Ucapan Kim Jun membuat guru privat tersedak. Segera diraihnya segelas air untuk meredakan. "Bagaimana dengan catur?"
Kim Jun mengetukkan jari telunjuknya ke permukaan meja. "Catur? Akulah yang terbaik."
*
Sore itu langit mendung dan cuaca sangat dingin. Ibu Kim Jun tampak kewalahan memegang payung dengan satu tangan dan membawa sekantong bekal di tangan lain. Dia tergesa-gesa menuju sekolah Kim Jun. Untunglah hari itu suasana kota sepi, seperti biasa saat suneung berlangsung.
Kim Jun berangkat sejak pukul enam pagi karena khawatir terlambat mengikuti ujian. Hari sudah sore dan sebentar lagi ujian selesai.
"Kau bawa kue beras ketannya?" Seorang pria menyambutnya di depan pagar sekolah Kim Jun.
"Park Jung Hoon, kau datang tepat waktu," ujar Ibu Kim Jun sambil mengatur napasnya.
"Aku bahkan berdoa di kuil sebelum ke sini."
Ibu Kim Jun tertawa. "Kau ke kuil sekarang? Penjara mengubahmu."