Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku, Engkau, Dia, dan Mereka

17 Agustus 2020   22:53 Diperbarui: 17 Agustus 2020   23:18 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah engkau ingin tau siapa Dia yang sesungguhnya? Dia yang selama ini masih menjadi 19 rahasia yang belum terungkap di dunia. Dia yang akan kuungkapkan di dalam puisi penuh makna. Dan Dia yang tidak semua orang mampu merasakan kehadirannya.

Dia yang telah mengiringi langkah kakiku menyusuri jalanan sunyi. Dia yang selama ini selalu meneduhkanku ketika hati ini terasa panas. Dia yang meringankanku ketika kedua pundak ini terasa berat. Dia yang selalu menghangatkanku ketika gigil melanda dan Dia yang selalu bisa mencairkan rasa cintaku kepadaNya.

Dia yang selalu mengingatkanku tentang siapa aku, siapa engkau dan siapa mereka di dunia. Dia yang selalu mengingatkanku agar aku selalu menyerahkan hidup dan matiku hanya kepadaNya.

Dia yang telah mengajariku  arti hidup yang sesungguhnya. Bukan kehidupan yang selama ini kupahami menurut versi mereka.

Dia yang telah mengeluarkanku  dari sandiwara orang- orang yang sebenarnya belum sepenuhnya sadar, sesungguhnya dunia ini hanyalah permainan dan panggung sandiwara semata.

Dia yang pernah menarik tanganku agar sejenak menjadi penonton dan menyingkir dari keramaian, agar aku mampu  menyaksikan siapa  orang-orang itu yang sesungguhnya. 

Dia yang telah membuatku mampu melihat siapa orang-orang itu. Dia yang menguatkan hatiku, ketika hati ini begitu rapuh, saat melihat orang-orang membuka topeng kemunafikan yang selama ini mereka kenakan, untuk mengelabui mata-mata tak berdosa. 

Dia yang pernah mengajakku menepi sejenak, agar aku mampu mengiringi langkahnya menyusuri jalan sunyi, jalan yang jarang dilalui orang-orang yang masih mengenakan topeng, untuk menyembunyikan kemunafikan di wajah mereka. 

Dia telah membukakan mata hati.  Mata hati yang mampu kupakai untuk melihat wajah-wajah asli di balik topeng orang-orang  yang bermulut manis di sekitarku.

Dia yang selalu menyebut orang-orang yang selama ini membungkus kebencian, dengan manisnya kata-kata cinta, dengan sebutan "Mereka".

Dia yang selalu berusaha mengingatkanku tentang siapa aku, siapa engkau yang sesungguhnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun