Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Masih Seperti yang Dulu

18 November 2019   12:00 Diperbarui: 19 Desember 2019   08:03 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Engkau adalah cermin bagiku. Cermin yang selalu aku  pakai untuk melihat diriku yang sejati. Bersamamu aku belajar melihat diriku sendiri.

Aku tak mengerti mengapa engkau tak menemukan diriku yang sejati di dalam cermin itu? Sayang, aku tak mau setan menerkam diriku lagi.

Memang kita adalah satu. Karena rasaku adalah rasamu dan rasamu adalah rasaku. Engkau dan aku satu, ikatan rasa yang tak terlihat mata telanjang itu begitu kuat mengikat aku dan engkau  dalam ikatan suci.

Sayangku, memang benar dirimu selalu hadir disisiku meski aku harus melewati onak duri, akan aku hadapi agar engkau merasakan kehadiranku di sisimu, menembus ruang dan waktu .

Benar adanya engkau bagai nafas dalam kehidupanku, seandainya engkau tak hadir terasa hampa kehidupan  ini.

Sayang, engkau selalu ada dalam kehidupanku, jangan pernah berfikir aku pergi dari sisimu. Ingatlah kita telah berikrar dihadapan Tuhanmu dan Tuhanku? Ikrar kita bagai pakaian bagi diriku yang menghentikan perburuanku.

Di bawah hembusan angin yang menggugurkan daun-daun pepohonan yang berdiri rindang di sepanjang jalanan, tak kuasa aku menatap kedua matamu, yang menatap tajam padaku penuh selidik. Percayalah tak ada yang aku sembunyikan darimu. Seperti engkau tahu luar dan dalam tubuh ini, tak berani mulut ini berdusta padamu karena "Dia" akan memberitahumu.

Aku tahu Tuhan menciptakan seribu bahasa di dunia ini, seandainya hanya satu bahasa itu akan  memudahkan aku untuk  berbicara denganmu.

****

Seperti dirimu, di atas bangku trotoar ini aku juga duduk seorang diri, menanti kehadiranmu di tempat ini. Seperti janjimu "Untukmu, aku pasti kembali." Aku menanti engkau kembali hadir dihadapanku seperti lima bulan yang lalu.

Sama sepertimu di tempat ini aku merindukan bisikanmu yang mengucapkan mantra cinta. Aku rindu saat itu, disaat tak ada sekat diantara kita, meluahkan bahasa rasa.

Sayang, yakinlah aku masih seperti  yang dulu, seperti pertama ketika engkau tersesat diruang mimpiku.

Engkau dan aku memang satu. Karena aku adalah engkau  dan engkau adalah aku.

Maafkan aku sayang  bila engkau masih  mendengar ucapan di bibirku. yang mengatakan; "Seandainya Tuhan itu tidak menciptakan begitu banyak bahasa di dunia ini, mungkin akan terasa lebih mudah bagiku untuk bisa berbicara denganmu."

Betul yang engkau bilang rasamu adalah rasaku dan rasaku adalah rasamu

Maafkan bila aku salah  masih berpikir bahwa kita masih memerlukan ungkapan kata untuk bisa berkomunikasi denganmu.

Terkadang aku lupa bahwa kita bisa berkomunikasi tanpa untaian kata  untuk bisa saling mengerti dan memahami antara satu dengan yang lainnya.

Seperti katamu bahwa aku dan engkau  adalah rasa. Induk dari semua bahasa yang pernah ada di Dunia Seribu Bahasa.

Engkau selalu mengingatkan aku bahwa bahasa kita adalah bahasa yang mampu membuat Setan dan Manusia bisa saling mengerti antara satu dengan yang lainnya.

Aku memahami yang engkau ungkapkan karena bahasaku dan bahasamu adalah bahasa yang bisa di mengerti oleh seluruh anak-anak Manusia yang ada di dunia.

Saat ini para Setan ingin menarik jiwaku kembali, sampai aku merasa kesulitan berkomunikasi denganmu. Api amarah membakar diriku secara perlahan.

Padahal aku berusaha  seperti dulu berkomunikasi  denganmu dengan  bahasa rasa. Percayalah setan tak berhasil menarikku kembali, wajahmu masih ada dalam hatiku setiap memejamkan mata dirimu selalu menemani.

Engkau bertanya padaku "Apakah saat ini, rasaku masih bersama rasamu seperti yang dulu?"

Iya rasaku masih bersama rasamu dan aku milikmu selamanya.

Itulah jawabanku. Dan engkau adalah lelaki pecemburu di dalam hatiku yang selalu aku cinta. Selamanya..

ADSN1919

Catatan: Tulisan ini adalah balasan dari tulisan Warkasa1919 yang berjudul Ada apa denganmu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun