Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Merpati Bersayap Patah

26 Oktober 2018   10:35 Diperbarui: 26 Oktober 2018   11:02 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kawan dulu ketika kita masih jadi merpati, kita terbang bersama menghalau rintangan dengan lembut, karena anginnya masih sepoi.

Dulu kita takut sembunyi ketika elang datang, kau lindungi aku di balik sayapmu, bersembunyi di balik rimbun pohon, sampai elang pergi, kita menahan napas supaya tak terdengar olehnya.

Dulu ketika jadi merpati, ternyata kita merpati yang lemah, kita saling menguatkan, aku merasa kuat karena kau melindungiku.

Kini ketika kau berubah jadi elang, kau memaksaku terbang bersama, kau masih melindungiku dengan cengkramanmu, angin semakin kencang menerpa, sayapku tak kuat, perlahan tapi pasti sayapku patah, aku lupa ternyata aku masih seperti dulu, merpati yang lemah.

Kini aku masih berdiri di tempat yang sama, dahan kering tempat kita bersembunyi dari sergapan elang  liar. Terbang...Terbanglah setinggi langit,  jangan menengok ke belakang jika itu membuatmu lemah.

ADSN, 261018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun