Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Antara Riak Hujan

13 Agustus 2018   23:40 Diperbarui: 11 Oktober 2018   22:32 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seperti biasa berada di antara riak hujan, mengepung tiada henti sampai kuyup, ingin memetik butiran hujan selalu pudar dan menghilang. Laksana waktu yang takkan pernah kembali.

Riak hujan masih mengepung dengan kuatnya, andai saja punya ajian menghilang, pasti sudah menghilang di tempat yang teduh dengan pelangi menemani, seperti halnya kenangan yang terkubur sangat dalam.

Hujan seperti butiran permata pecah ke bumi tak berbekas, bila namaku dilupa ingatlah kupu-kupu yang selalu menemani, sayap ku berikan pada kupu-kupu bersayap kusam karena ia ingin menarik perhatianmu, biarlah sayap hitam ku pakai dan aku melesat di antara gelap, biar kau tak pernah melihatku kembali.

***

ADSN, 130818

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun