Any bernapas lega. Artinya, perempuan yang dibonceng Yuda beberapa waktu lalu benar bukan pacarnya. Berarti dia masih punya kesempatan menerima cinta Yuda.
"Any, andai saja kita benar-benar bisa jadian, aku pasti bahagia sekali. Orang tuaku pun pasti bahagia. Namun, keadaan berkata lain." Yuda menghentikan kalimatnya. Dia terdiam sesaat sebelum melanjutkan ceritanya.
Any yang hari itu sudah berniat mengucapkan kata untuk siap menerima cinta Yuda, tiba-tiba kembali ragu. Dia memilih kalimat lain untuk mengetahui apa yang telah terjadi beberapa waktu ini terhadap Yuda.
"Kamu sehat? Kamu nggak lagi mabuk kan? Apa maksudmu berkata begitu?" Any heran dengan ucapan Yuda.
"Aku menyesal, Any. Aku telah melangkah jauh. Aku telah berdosa pada seorang gadis." Yuda mengucapkan kalimat itu sambil berlinang air mata. Lelaki itu ternyata lembut hatinya. Tak sekeras suara dan tawanya saat bercanda.
Any tanggap dengan kalimat itu. "Kamu menghamilinya?"
Yuda menggelengkan kepala. "Tapi aku telah merusak masa depannya. Aku harus bertanggung jawab. Dan itu artinya aku harus kehilangan kamu. Aku yang salah, Any. Aku yang dosa."
"Kamu sadar saat melakukannya?" tanya Any penasaran.
"Ya, aku sadar, tapi aku tak bisa menguasai nafsuku." Beberapa bulir bening menetes dari pelupuk mata Yuda.
Any terdiam. Hatinya berkecamuk. Di saat dia telah siap menerima cinta Yuda, ternyata lelaki itu telah berpaling darinya.
"Kamu sudah lama pacaran?" tanya Any dengan berat. Yuda menggeleng.
 "Orang mana? Siapa namanya?" lanjutnya.