4. Mengakomodasi Keragaman Budaya dan Nilai Lokal
Dalam konteks Indonesia yang plural, hermeneutik sangat berguna untuk menjelaskan keragaman praktik akuntansi. Nilai-nilai lokal seperti gotong royong, kejujuran, dan keberkahan sering kali tidak bisa dijelaskan dengan kerangka akuntansi barat yang rasionalistik. Hermeneutik membantu menafsirkan fenomena ini sebagai bagian dari "dunia hidup" masyarakat.
Contohnya, laporan keuangan koperasi desa yang menekankan keseimbangan dan keadilan bukanlah penyimpangan dari standar, tetapi refleksi dari nilai-nilai gotong royong. Akuntansi lembaga zakat atau pesantren yang menekankan keseimbangan spiritual adalah bentuk ekspresi moral, bukan kekeliruan prosedural.
Dengan cara ini, pendekatan hermeneutik mendamaikan standar global dengan nilai lokal, menciptakan dialog antara tradisi dan modernitas sebagaimana dijelaskan Gadamer dalam konsep fusion of horizons.
Hermeneutik membantu para akuntan, akademisi, dan peneliti Indonesia memahami bahwa akuntansi tidak hanya tunduk pada aturan formal, tetapi juga pada makna dan nilai yang hidup di masyarakat.
5. Menginspirasi Perubahan Paradigma dalam Pendidikan dan Penelitian Akuntansi
Hermeneutik juga membawa dampak penting bagi dunia pendidikan dan penelitian akuntansi. Dalam pendidikan, pendekatan ini menanamkan kesadaran bahwa akuntansi bukan hanya keterampilan teknis, tetapi juga disiplin moral dan sosial. Mahasiswa diajak untuk berpikir reflektif, kritis, dan empatik menyadari bahwa di balik angka selalu ada manusia dan nilai.
Dalam penelitian, hermeneutik membuka ruang bagi metode kualitatif dan interpretatif yang menafsirkan makna di balik fenomena akuntansi. Peneliti tidak lagi sekadar mencari korelasi antar variabel, tetapi menggali pemahaman mendalam tentang bagaimana akuntan, manajer, atau masyarakat menafsirkan angka-angka tersebut.
Pendekatan ini menggeser paradigma riset akuntansi dari positivistik menuju humanistik, di mana pemahaman lebih penting daripada sekadar pembuktian statistik. Dengan demikian, hermeneutik menjadi jembatan antara teori dan praktik, antara pengetahuan dan kebijaksanaan.
6. Menegaskan Akuntansi sebagai Bahasa Moral dan Sosial
Hermeneutik Dilthey memandang akuntansi sebagai bentuk komunikasi moral antara manusia. Setiap laporan keuangan adalah "teks" yang berbicara kepada publik tentang tanggung jawab, kejujuran, dan legitimasi. Dalam pandangan ini, tugas akuntan mirip dengan seorang penafsir teks sastra: membaca, memahami, dan menyampaikan makna secara jujur.