Dalam pandangan Dilthey, realitas sosial bukanlah entitas yang berdiri sendiri, melainkan hasil dari pengalaman manusia yang saling berinteraksi. Dunia kehidupan (Lebenswelt) adalah dunia yang dihidupi manusia penuh makna, nilai, dan simbol. Akuntansi, sebagai sistem representasi ekonomi, juga merupakan bagian dari dunia kehidupan ini.
Ketika seorang akuntan membuat laporan keuangan, ia tidak hanya mencatat angka, tetapi juga memaknai hubungan sosial, kepercayaan, dan tanggung jawab moral. Misalnya, laba dalam perusahaan bukan sekadar hasil matematis, tetapi juga simbol keberhasilan, legitimasi sosial, bahkan kadang menjadi alat moral untuk menunjukkan integritas.
Dengan demikian, akuntansi dalam kerangka hermeneutik adalah ilmu yang berakar pada pengalaman manusia, bukan sekadar teknik pencatatan.
5. Aksiologi: Nilai, Etika, dan Moral dalam Akuntansi
Dilthey berpendapat bahwa setiap bentuk pengetahuan manusia selalu berakar pada nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Dalam akuntansi, nilai-nilai ini hadir dalam bentuk prinsip kehati-hatian, transparansi, dan kejujuran. Hermeneutik mengingatkan bahwa angka tidak pernah netral; ia selalu mencerminkan pandangan moral dan sosial pembuatnya.
Sebagai contoh, pemilihan metode depresiasi atau kebijakan cadangan kerugian bukan hanya keputusan teknis, tetapi juga moral. Akuntan, secara sadar atau tidak, membawa nilai tertentu dalam setiap keputusan yang diambilnya. Dalam konteks ini, hermeneutik membantu kita memahami bahwa akuntansi adalah praktik moral yang mencerminkan tanggung jawab sosial.
6. Perbandingan dengan Tokoh Hermeneutik Lain
Hermeneutika tidak berhenti pada Dilthey. Tokoh-tokoh setelahnya, seperti Martin Heidegger dan Hans-Georg Gadamer, melanjutkan gagasannya. Heidegger memperluas hermeneutika menjadi filsafat eksistensial, sedangkan Gadamer memperkenalkan konsep fusion of horizons pertemuan antara tradisi dan pemahaman baru.
Dalam konteks akuntansi, konsep Gadamer dapat diartikan sebagai dialog antara nilai-nilai lokal dan standar global, sementara Heidegger menekankan keterlibatan eksistensial akuntan dalam praktik profesionalnya. Semua pandangan ini menguatkan bahwa akuntansi adalah praktik interpretatif, bukan hanya sistem objektif.
7. Posisi Akuntansi Hermeneutik di Tengah Teori Akuntansi
Pendekatan hermeneutik berada di antara dua ekstrem: antara teori positivistik yang menekankan objektivitas, dan teori kritis yang menekankan perubahan sosial. Hermeneutik tidak menolak objektivitas, tetapi menempatkannya dalam konteks pemahaman manusia. Ia berusaha memadukan rasionalitas dengan empati, serta logika dengan makna.