Mohon tunggu...
Purbo Iriantono
Purbo Iriantono Mohon Tunggu... Freelancer - Jalani inspirasi yang berjalan

"Semangat selalu mencari yang paling ideal dan paling mengakar" merupakan hal yang paling krusial dalam jiwa seorang yang selalu merasa kehausan kasih...

Selanjutnya

Tutup

Humor

Obat Mujarab Segala Penyakit Demokrasi: Judi/Dadu!

14 Oktober 2019   17:02 Diperbarui: 16 Oktober 2019   13:50 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Para anggota Dewan pun dijamin tak akan ada lagi yang terkantuk-kantuk, karena semua perkara dan sengketa dapat dengan mudah dan cepat  dibereskan! Prioritas kepentingan kebijakan politik pun dapat didasarkan pada besaran kemungkinan kemenangannya. Kian penting kebijakan, kian buntu penyelesaiannya dan kian mengancam keutuhan bangsa, kian besar kemungkinan menangnya (misal empat banding enam) dalam lemparan dadu...

Dengan demikian semua perkara jadi lebih sederhana dan cepat terselesaikan serta sangat menghibur (juga agak memabukkan). Isu radikalisme akan segera redup! Paling banter, muncul radikalisme dari para pakar dan profesi hukum karena mereka yang paling banyak kehilangan kasus kakap! Juga protes dari kaum rohaniwan karena tak ada kitab suci agama besar yang mendukung praktek perjudian. Padahal menurut Einstein (sayang beliau tidak beragama) , Tuhan pun setidaknya pernah atau bahkan sering melempar dadu. Buktinya ada adagium "Tuhan tidak sedang bermain dadu".

Tidak adanya firman atau ayat, mungkin karena Tuhan percaya manusia ciptaanNya dapat secara langsung tahu atau dapat membaca makna dari bumi yang berputar bak  putaran dadu! Nabi Adam pun jatuh ke dunia dari surga bak jatuhnya dadu ke meja judi. Pemberontakan atau demo akan kehilangan sifat masif dan kekerasannya, karena setiap perbedaan dan protes dapat diselesaikan dengan lemparan dadu! Setelah itu peserta demo pun segera bubar dengan lapang dada...

Setiap pilkada dan pilpres , kita hanya perlu membekali pemilih dengan dadu  dan alat tulis untuk memilih para calonnya. Parpol pun segera berubah jadi bandar judi untuk para 'jago'  yang digadang-gadangnya. Kekuasaan jadi mencair dan transparan!

Hal penting yang perlu dilestarikan adalah bahwa setiap rejim terpilih dilarang melemahkan praktek perjudian kebijakan politik apalagi meniadakannya sama sekali. Aturan ini harus disepakati dan didukung penuh oleh angkatan bersenjatanya. Praktek korupsi akan  kehilangan daya tariknya. "Daripada mencuri lebih baik berjudi, dan tak ada uang rakyat terkorupsi karena kata rakyat telah berubah jadi kata judi atau dadu". Korupsi uang judi pun akan pudar daya pikatnya, karena lebih baik bermain  daripada mengkorup uang bandar.

Ikon Joker pun berkibar dengan penuh kemuliaan, bersama ikon-ikon tradisional lain seperti Sengkuni, Ken Arok dan Yudistira... Anak jenius negeri akan bersaing di ranah global, dan anak negeri sekolah dengan insentif negara.

Semangat kerja meningkat, untuk memperoleh insentif dan voucher judi. Kehidupan malam kian meriah; tak ada lagi gelandangan di jalanan karena mereka mengalami kenaikan status secara tiba-tiba jadi peramal nasib! Polisi tugasnya jadi jauh lebih ringan karena tinggal mengawasi mereka yang jadi pecundang. Departemen sosial hanya mengurusi mereka yang  bangkrut karena judi, untuk disegarkan kembali semangat tempurnya lewat motivasi dan trik canggih serta didorong untuk kembali kerja cari duit modal judi...

Jadi, hiduplah Negara Republik Dadu Indonesia. Negara  paling tenteram dan damai,  serta paling demokratis  di dunia tapi serentak paling dikutuk oleh lembaga Hukum sedunia! Hidup Negeriku yang bersemboyan agung Bhineka Tunggal Dadu eh Ika...

Tiba-tiba suara jam beker membangunkan lelapku dari mimpi panjang  perjudian dan wawancara imajiner dengan almarhum Ali Sadikin mantan  gubernur DKI terkondang. Suara beker sialan itu pun menghanguskan segepok uang hasil kemenangan judiku yang terbawa lari mimpi.

Habis sudah hidupku!

1) A. Kosasih - Mahabharata (jilidnya lupa!)

2) Dostoyevski - The Gambler

3) Babad Tanah Jawa

4) The Rebel - Albert Camus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun