"Kalau begitu, hati-hati ya, Mbah," ucap Theresia tulus.Â
Mbah Mardi mengangguk. "Kamu juga, Nduk. Istirahatlah dengan tenang."Â
Mereka berpisah di persimpangan jalan. Theresia terus berjalan menuju rumahnya,Â
sementara Mbah Mardi menghilang dalam kegelapan malam Suro, hanya menyisakan jejakÂ
cahaya lentera yang semakin menjauh.Â
Sesampainya di rumah, Theresia merebahkan tubuhnya di ranjang. Pikirannya kembaliÂ
melayang pada pertemuannya dengan Mbah Mardi. Ia merenungkan kata-kata tetangganyaÂ
tentang lentera di tengah kegelapan.Â
Baginya, lentera itu tidak hanya menerangi jalan fisik Mbah Mardi, tetapi juga menjadiÂ
metafora. Di tengah malam yang dianggap penuh misteri dan bahkan ketakutan oleh sebagianÂ