Mohon tunggu...
Ansarullah Lawi
Ansarullah Lawi Mohon Tunggu... Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi Batam (ITEBA)

Pengampu Matakuliah Perancangan Produk dan Technopreneurship, Peneliti Ergonomi dan Lingkungan, Pengamat Politik, Pemerhati Pendidikan di Era Digitalisasi, Penggemar Desain Grafis, dll Semuanya dicoba untuk dirangkum dalam beberapa tulisan blog. Stay Tune! (^_^)v

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Cara Elegan Menghadapi Kritik: Belajar Tidak Mengambil Hati

28 April 2024   22:37 Diperbarui: 28 April 2024   22:54 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi mengelola emosi di bawah tekanan (Sumber: ideogram.ai)

Kita sering mendengar nasihat "jangan diambil hati" dalam berbagai situasi, baik ketika berhadapan dengan kritik di tempat kerja, kesalahpahaman dengan teman, atau bahkan saat menghadapi tekanan dari keluarga. Tapi, bagaimana sebenarnya kita bisa menerapkan saran tersebut dalam kehidupan nyata? Artikel ini akan membahas dua strategi utama untuk tidak mengambil segala sesuatu secara pribadi yang dapat membantu Anda menjaga keharmonisan hubungan dan ketenangan pikiran.

Di sebuah sore yang cerah, ketika kita berjalan di taman atau duduk santai di kafe favorit, sering kali pikiran kita terganggu oleh hal-hal kecil yang seharusnya tidak mengusik ketenangan kita. 

Apakah komentar sinis dari rekan kerja, sorotan mata yang tidak ramah dari seorang pengendara lain, atau bahkan sebuah pesan yang tidak kunjung dibalas. Kita semua pernah ada di situasi di mana, tanpa sadar, kita mengambil segalanya secara pribadi.

Frederik Imbo - Pendiri Imboorling, yang menyediakan pelatihan interaktif untuk mendorong pengembangan diri (Sumber: imboorling.be)
Frederik Imbo - Pendiri Imboorling, yang menyediakan pelatihan interaktif untuk mendorong pengembangan diri (Sumber: imboorling.be)

Frederik Imbo adalah seorang pakar dalam Neuro-Linguistic Programming (NLP) dan komunikasi. Ia mencari cara untuk tidak mengambil segala sesuatu secara pribadi, sehingga dia mendaftar untuk menjadi seorang wasit sepak bola.

Dalam peran sebagai wasit, ia sering kali menjadi sasaran kemarahan dan kekecewaan para penonton dan pemain. Namun, Frederik telah menemukan cara untuk mengatasi situasi tersebut yang tidak hanya membantunya dalam perannya sebagai wasit tetapi juga dalam kehidupan sehari-harinya.

Pengalaman Frederik mengajarkan bahwa sering kali apa yang kita anggap sebagai serangan pribadi sebenarnya bukan tentang kita sama sekali. 

Frederik mulai dengan strategi pertamanya: "Ini bukan tentang saya." Ketika mendengar cemoohan atau kritik, ia mulai melatih dirinya untuk tidak langsung bereaksi. Sebaliknya, ia mencoba memahami konteks di mana kata-kata atau tindakan tersebut diucapkan. 

Mungkin orang yang berkomentar itu sedang memiliki hari yang buruk, atau mungkin ada tekanan yang mereka hadapi yang tidak kita ketahui. Frederik mencari tahu apa motivasi di balik perbuatan atau kata-kata mereka sebelum membuat asumsi tentang maksudnya.

Di sisi lain, ketika strategi pertama tidak cukup, Frederik menggunakan strategi keduanya: "Ini adalah tentang saya." Kadang-kadang, kita perlu melihat lebih dalam dan menanyakan pada diri sendiri mengapa kita merasa tersinggung atau terluka. 

Frederik menyadari bahwa beberapa kata memang mengganggunya lebih dari yang lain dan ini sering kali berkaitan dengan ketidakamanan atau pengalaman masa lalunya yang belum terselesaikan. 

Dalam hal ini, ia belajar untuk memberikan empati pada diri sendiri dan mengakui perasaan tersebut tanpa menghakimi.

Frederick kemudian memberi contoh, seperti ketika teman membatalkan rencana di menit terakhir, alih-alih merasa ditolak atau tidak penting, kita bisa mempertimbangkan kemungkinan bahwa mereka memang memiliki alasan mendesak atau situasi yang tidak bisa dihindari. 

Atau ketika kita menerima kritik atas pekerjaan yang telah kita lakukan dengan keras, sebelum merasa terserang, kita bisa mencoba untuk memahami sudut pandang dan niat baik di balik kritik tersebut.

Menggunakan strategi ini membutuhkan latihan dan kesadaran yang konstan, tetapi dengan waktu, kita bisa melatih otak kita untuk tidak langsung bereaksi secara defensif. 

Sebagai gantinya, kita bisa lebih terbuka terhadap perspektif lain dan lebih adaptif dalam menghadapi situasi yang sebelumnya mungkin kita anggap sebagai serangan pribadi.

Untuk benar-benar mempraktikkan strategi ini dalam kehidupan sehari-hari, kita perlu memulai dengan langkah kecil. 

Mulailah dengan mengamati reaksi kita terhadap situasi sehari-hari dan bertanya pada diri sendiri, "Apakah ini benar-benar tentang saya?" atau "Mengapa saya merasa seperti ini?" Memahami bahwa tidak setiap aksi yang diarahkan kepada kita memiliki maksud pribadi dapat membantu kita menjaga kejernihan pikiran dan merespon dengan lebih tenang dan bijaksana.

Selain itu, penting untuk mengembangkan kemampuan komunikasi kita. Dengan secara terbuka berbicara tentang perasaan kita tanpa menyalahkan orang lain, kita dapat menjelaskan situasi dan mengundang pemahaman dari kedua belah pihak. Ini bukan hanya mengurangi kesalahpahaman tetapi juga memperdalam hubungan interpersonal kita dengan orang lain.

Frederik mengingatkan bahwa setiap orang, pada akhirnya, memiliki pilihan tentang bagaimana mereka menanggapi situasi. 

Kita bisa memilih untuk tetap terjebak dalam siklus mempertahankan ego kita, atau kita bisa memilih untuk melepaskan dan mencari kebahagiaan serta kedamaian batin. 

Ini adalah pertarungan yang terjadi di dalam diri kita setiap hari, dan bagaimana kita memilih untuk bereaksi bisa sangat mempengaruhi kualitas hidup kita secara keseluruhan.

Dengan mendalami dan menerapkan strategi ini, kita tidak hanya meningkatkan hubungan kita dengan orang lain tetapi juga memperkuat pengertian kita tentang diri sendiri. 

Ini tentang membangun kekuatan batin dan ketenangan yang memungkinkan kita untuk menavigasi kehidupan dengan lebih sedikit beban dan lebih banyak kebahagiaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun