KDRT berdampak serius pada anak, khususnya pada masa pertumbuhannya, antara lain:
1. Gangguan Perkembangan Bahasa
Penelitian terhadap 104 anak usia 5--12 tahun di Amerika Latin menunjukkan bahwa anak-anak yang hidup dalam keluarga dengan kekerasan memiliki skor lebih rendah dalam berbagai aspek perkembangan bahasa. Hal ini mencakup ekspresi lisan, pengenalan dan pemahaman lisan, keterampilan metalinguistik, kemampuan membaca, serta kemampuan menulis.
2. Gangguan Perkembangan Sosio-Emosional
Anak yang tumbuh dalam lingkungan kekerasan menunjukkan gejala seperti menarik diri, cemas, agresif, atau berperilaku menyimpang. Mereka cenderung memiliki harga diri rendah, tidak tertarik berinteraksi sosial, dan menunjukkan perilaku yang mengganggu di kelas.
3. Gangguan Kesehatan Jiwa
a. PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)
Semakin muda usia anak saat mengalami KDRT, semakin besar kemungkinan trauma tersebut membekas lama. Anak usia dini belum mampu memahami alasan di balik kekerasan yang dilakukan orangtua, sehingga dampak traumatisnya lebih kuat.
b. Penyalahgunaan Zat
Orangtua yang menggunakan alkohol atau obat-obatan lebih rentan melakukan kekerasan. Di sisi lain, korban kekerasan juga berisiko menyalahgunakan zat sebagai pelarian. Anak yang tumbuh di lingkungan ini dapat belajar bahwa menggunakan zat adalah cara untuk mengatasi masalah.
c. Gangguan Tingkah Laku
Anak yang mengalami kekerasan atau penelantaran dapat tumbuh menjadi individu yang juga melakukan kekerasan. Mereka belajar bahwa kekerasan adalah cara yang sah untuk memenuhi kebutuhan, karena mengamati dan meniru pola yang terjadi di sekitarnya.
d. Depresi
Anak-anak, terutama yang masih sangat muda (di bawah usia 6 tahun), cenderung menyalahkan diri sendiri atas konflik orangtuanya. Mereka dapat mengalami rasa malu, bersalah, kehilangan kepercayaan, rendah diri, dan akhirnya depresi.
Sebagai respons terhadap kondisi ini, anak-anak korban KDRT memerlukan penanganan psikologis, antara lain melalui Play Therapy, Parent-Child Interaction Therapy, Trauma-Focused Cognitive Behavioral Therapy (TF-CBT), dan konseling kelompok (Group Counseling/Group Therapy). Penanganan ini idealnya dilakukan oleh tenaga profesional seperti psikolog dan konselor.