Mohon tunggu...
Mbak Celsa
Mbak Celsa Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Soekarno Pemimpin yang revolusioner tapi tidak otoriter Sang proklamator yang tidak koruptor Bermartabat dan tidak memakan uang rakyat Sangat Indonesia-is dan Pancasila-is

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mewaspadai Momentum Kebangkitan PKI

9 September 2016   13:25 Diperbarui: 9 September 2016   13:46 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hampir setiap orang bila mendengar bulan September adalah bulan yang identik dengan kebahagiaan, layaknya lantunan lagu September Ceria yang diciptakan James Freddy Sundah dan dipopulerkan oleh artis pesohor di negeri ini, Vina Panduwinata. Namun sesungguhnya, apabila kita telisik lebih dalam, terdapat satu tragedi yang tidak mungkin dilupakan sejuta umat rakyat Indonesia bahkan sudah menjadi salah satu sejarah negara kita yang sangat kelam, yaitu tragedi Gerakan 30 September atau yang lebih akrab dikenal dengan G30S/PKI.

Saya sengaja tidak menghilangkan penggalan PKI pada singkatan tersebut, karena yang menjadi aktor, dalang, pelaku kejahatan tragedi 1965 sepenuhnya ulah dari PKI, sehingga sudah selayaknya penggalan singkatan tersebut tetap dipertahankan.

Tapi, ada poin penting yang perlu diketahui supaya tidak menjadi salah kaprah, PKI yang dimaksud adalah orang-orang yang berpartisipasi pada kerusuhan dan penculikan tahun 1965 di beberapa daerah, diantaranya DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Riau, Bali, dan Nusa Tenggara Timur, meskipun operasi yang dilakukan PKI di daerah Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Riau, Bali, dan Nusa Tenggara Timur tidah membuahkan hasil.

Terkadang masih muncul polemik-polemik di kalangan masyarakat yang belum tahu atau mungkin saja lupa apa itu G30S/PKI. Atau bahkan ada yang menganggap bahwa itu merupakan tragedi biasa yang nggak salah kalau termakan oleh zaman. Disini saya akan sedikit menelaah kalau G30S/PKI adalah tragedi yang harus senantiasa ada didalam benak kita.

Apa buktinya kalau PKI merupakan organisasi haram di Bumi Khatulistiwa ?

Sejumlah buku-buku referensi sejarah tentang 1965 yang pernah saya bedah, ada satu buku yang cukup menarik karena merincikan rentetan awal mula terbentuknya PKI hingga penumpasannya. Disini saya akan sedikit mengupas ulang sejarah terbentuknya PKI hingga pemberontakannya agar kita bisa memahami bersama.

Ajaran Komunis dibawa oleh Sneevliet, orang berkebangsaan Belanda pada tahun 1914. Ia menyusupkan pengaruhnya pada kelompk buruh kereta api di Semarang sehingga kelompok tersebut cenderung melakukan aktivitas radikal.

Pada masa itu, Sarekat Islam (SI) adalah organisasi yang besar, sehingga Sneevliet juga tertarik menanamkan pengaruhnya di organisasi SI. Orang Indonesia pertama yang tertarik ajaran ini adalah Semaoen (Pimpinan SI cabang Semarang) dan Darsono (seorang Wartawan sekaligus anggota SI).

Secara de facto,organisasi PKI dibentuk pada Mei 1924, tetapi secara de jure PKI resmi dan sah menjadi organisasi pada bulan Juni 1924 berdasarkan Konggres Perserikatan Komunis Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Anggota Perserikatan Komunis Hindia Belanda itu sendiri merupakan pecahan dari SI yang mendeklarasikan dirinya sebagai SI Merah, diantaranya Darsono, Semaoen, Alimin, Musso, dan Tan Malaka.

Pengaruh ajaran komunis di SI semakin kuat. Hal ini dibuktikan dengan pergolakan fisik dengan pemerintah Hindia Belanda di beberapa daerah, yaitu Jakarta, Banten, Priangan, Surakarta, Kediri, dan Silungkang.

Sejak pra kemerdekaan, PKI memang sudah sering melakukan kegiatan-kegiatan yang cenderung ekstrim dan mengganggu pemerintahan Hindia Belanda. Bahkan menjelang kemerdekaan Indonesia, PKI sendiri absen dari Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) maupun Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Setelah teks proklamasi dikumandangkan Bung Karno, PKI kembali membangun organisasinya, dipimpin oleh Musso dan melakukan pemberontakan di Jawa Tengah yang dikenal peristiwa tiga daerah (Tegal, Brebes, Pemalang), dan pemberontakan di Madiun.

Memasuki periode demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin (1950-1965), PKI kembali diaktifkan oleh Alimin, dan dipimpin oleh Dipa Nusantara Aidit (D.N. Aidit). Era itu merupakan masa kejayaan PKI karena dengan mudah menancapkan programnya yang disisipkan dalam GBHN yang pada keputusan finalnya tercipta manifesto politik (manipol).

Adapun aksi-aksi yang dilancarkan oleh kelompok PKI antara lain : Gerakan riset di Kecamatan untuk memastikan kekuatan PKI, aksi menuntut penyitaan aset milik Inggris dan Amerika Serikat, aksi menuntut retooling, penggantian pejabat yang anti PKI, Pengindonesiaan Marxisme, dan aksi teror di beberapa daerah.

Sempat beredar dokumen Comite Central (CC) PKI yang isinya program dan tujuan final PKI, kritik terhadap kemerdekaan 17 Agustus 1945 karena tidak dipimpin oleh Komunis. Mendengar kebocoran rahasia ini, PKI berusaha memutarbalikkan fakta bahwa dan meyakinkan Presiden bahwa laporan tersebut adalah palsu.

Kemudian PKI membuat aksi fitnah terhadap kelompok BPS (Badan Pendukung Soekarnoisme), bahwa kelompok tersebut dibentuk untuk menyelewengkan ajaran Soekarno hingga bujukan tersebut dipercaya oleh Presiden. Menanggapi isu tersebut, Presiden Soekarno membubarkan BPS.

Tidak hanya itu, upaya PKI untuk melancarkan aksinya adalah dengan memanipulasi pidato-pidato Soekarno. Ada 6 pidato yang dimanipulasi:

1. Jalannya Revolusi Kita (Jarek) pada (1960), Berisi komando pimpinan agar seluruh elemen melakukan Manipol yang terkonsep GBHN. Dalam konsep tersebut tentu ada sedikit visi dan misi PKI.

2. Revolusi-Sosialisme Indonesia-Pimpinan Nasional (1961), PKI memanfaatkan pidato ini agar situasi politik Indonesia bergerak kearah kiri.

3. Tahun Kemenangan (1963), PKI memanfaatkan pidato ini agar bangsa Indonesia semakin dekat dengan Blok Timur.

4. Genta Suara Revolusi Indonesia (1963), PKI memanfaatkan pidato ini agar bangsa Indonesia bersikap konfrontatif terhadap negara Barat.

5. Tahun Vivere Pericoloso (1964), PKI memanfaatkan pidato ini agar bangsa Indonesia mempunyai sikap yang makin revolusioner demi tercapainya cita-cita PKI.

6. Tahun Berdiri diatas Kaki Sendiri (1965), PKI memanfaatkan pidato ini agar Indonesia menentang blok Barat.

Sungguh menarik bukan banyak fakta-fakta yang membuktikan bahwa sebenarnya PKI lah yang seharusnya dipandang sebagai pelaku tragedi 1965. Untuk menggalang kekuatan militer, mereka menghasut pejabat militer dan Polri. Aksi Subversi yang paling ditentang adalah penculikan 6 pejabat bintang plus 1 perwira menengah ke lubang buaya.

Setiap yang Atheis belum tentu Komunis, tetapi apakah setiap yang Komunis bisa dipastikan Atheis ?

Dalam buku Tan Malaka yang berjudul Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika), ajaran murni paham Komunisme pada dasarnya mengesampingkan agama dan mengutamakan logika. Pemikiran ini bertolok ukur pada pengaruh-pengaruh Karl Marx yang mengajarkan bahwa agama merupakan candu, yang dijadikan alat pembenaran penguasa atas ketidakadilan dan kekerasan sosial. Jadi secara teori, Komunis menolak kegiatan dan tindakan yang agamis. Meskipun demikian, apakah Karl Marx melarang penganut Komunis untuk memeluk agama ? Saya rasa tidak.

Di Indonesia sendiri, PKI berkembang dan tumbuh dari kalangan anggota SI, yang merupakan anggota terbesar dan memeluk agama islam. Ajaran Komunis dimodifikasi menyesuaikan kondisi negara Indonesia. Logika simpelnya, kalau kita mengajarkan bahwa Komunis itu identik dengan atheis, pasti masyarakat Indonesia sudah sejak dulu menolak Komunis. Tapi apabila kita mengajarkan kalau Komunis itu boleh beragama, tentu ada yang tertarik dengan ideologi ini. Dengan begitu, perkembangan Komunis di Indonesia sudah tidak semurni ajaran aslinya.

Secara singkat, ilmu Komunis murni berdasarkan pada filsafat materialisme dialektis dan materialime historis. Komunisme bertitik tolak dari kenyataan-kenyataan yang bersifat obyektif. Karenanya, agama merupakan ajaran yang berseberangan dengan Komunisme. Soekarno yang sering disangka-sangka penganut Komunis bahkan mengkritik Komunisme karena menolak prinsip kepercayaan kepada Tuhan (Referensi: Soekarno-Hatta Bukan Proklamator Paksaan).

Mengapa bisa muncul polemik di masyarakat?

Masyarakat Indonesia memiliki suku, adat, ras, dan agama yang beragam, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Rote. Jangan heran kalau sering memicu munculnya polemik di kalangan masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan sejarah G30S/PKI.

Ada yang menyatakan kalau pemerintah terdahulu yang seharusnya diadili karena melakukan pembantaian terhadap kelompok PKI. Ada juga yang menyatakan kalau PKI jelas terbukti bersalah. Jadi siapakah yang sepatutnya dijadikan pelaku ? silakan pahami baik-baik melalui artikel ini.

Jangankan tragedi G30S/PKI, adik saya yang waktu itu masih menduduki bangku SMP ketika saya tanya apa itu PKI dia menggeleng-geleng sambil berkata “nggak tau mbak”. Beruntunglah kalian yang semasa muda menimba ilmu dan mendapatkan sejarah tersebut.

Kita memang nggak tahu apakah ada momentum untuk menghidupkan kembali ajaran-ajaran Komunis, tetapi yang perlu diketahui bahwa ideologi itu takkan pernah mati meskipun umur mereka tergerogoti oleh zaman. Oleh karena itu, pemahaman dan pengamalan ideologi dasar NKRI perlu diterapkan. Nggak usah jauh-jauh pergi ke Timur Tengah angkat senjata seraya berseru “Allahu Akbar”, cukup menjadi warga negara Indonesia yang taat dan disiplin.

Sedikit saran saja, buat kita yang sudah mendapatkan ilmu tersebut, nggak ada salahnya untuk diberikan kepada generasi peneruh kita biar nggak salah paham dan multitafsir. Jangan sampai suatu saat rekan atau adik atau cucu kita dikemudian hari terjaring razia hanya karena memakai pin berlambang palu arit, ditangkep satpol PP gara-gara pake baju merah bergambar palu arit, ditilang polisi gara-gara ada stiker bergambar palu arit.

Mungkin bersumber dari buku tersebut, saya mendapatkan sedikit ilham dan pesan tersirat agar saya mengamanahkannya kepada kawan-kawan. Dengan tulisan inilah saya menuahkan amanah tersebut. Semoga saja melalui tulisan ini, para Kompasianer yang tentunya lebih bijak dari saya akan semakin bijak menaggapi polemik G30S/PKI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun