“Baiklah Biyung. Sekarang Biyung Emban jaga di depan pintu. Tolong bantu aku, jika nanti Kanda Kamandaka kesulitan tidak bisa membuka tali pengikat korset yang ada dipunggungku dan membuka tali pengikat sabuk yang melilit dipinggangku.”
“Siap Ndara Putri .“
Emban Khandeg Wilis segera menjauh mengikuti perintah Ndara Putrinya.
“Kanda Kamandaka, marilah Kanda, ranjang pengantin telah siap. Bawa Dinda kesana Kanda.”
Raden Kamandaka yang juga tengah diamuk badai asmara itu, kembali memeluk tubuh Dyah Ayu Dewi Cipta Rasa. Dengan mudah dingkatnya tubuh Sang Dewi dan dibawanya ketepi ranjang, kemudian dibaringkan diatas ranjang pengantin. Tak lama kemudian Raden Kamandaka menyusul naik keatas ranjang, lalu berbaring disamping Sang Dewi. Kembali Raden Kamandaka memeluk dan menghujani dengan ciuman yang membuat Sang Dewi ingin terus mendaki ke puncak bukit cinta.
“ Kanda Kamandaka, bukalah tali pengikat korset yang ada di punggung Dinda dan tali pengikat sabuk yang melilit di pinggang Dinda.” Sang Dewi memerintah Raden Kamandaka, sambil memunggunginya.
“ Aduh Dinda Dewi, belahan sukma Kakanda. Bagaimana mungkin Kanda bisa membuka tali ikatan korset Dinda Dewi dan tali pengikat sabuk Dinda Dewi ? Kanda seumur hidup belum pernah kawin dan tidur seranjang dengan seorang gadis. Para Dewa menjadi saksinya, Dinda Dewi.”
Sang Dewi diam sesaat, kemudian membalikkan tubuhnya. Tiba-tiba air mata Sang Dewi meluncur-satu persatu menuruni dinding pipinya yang halus. Sang Dewi menangis karena merasa bahagia dan bangga bercampur aduk menjadi satu. Dipeluknya Raden Kamandaka dan diciuminya beberapa kali.
“Dinda Dewi, kenapa Dinda tiba-tiba menangis?”
“Dinda menangis bukan karena sedih, Kanda. Tetapi karena bangga kepada Kanda. Kanda tidak bisa membuka tali dengan ikatan rahasia pada punggung dan pinggang Dinda, itu suatu petunjuk Kanda seorang ksatria yang belum pernah bersentuhan dengan wanita bangsawan manapun. Dinda bangga karena Dinda menjadi gadis cinta pertama Kanda. Gadis yang pertama kali disentuh, dicium dan dipeluk oleh Kakanda.”
“Betul sekali, Dinda Dewi. Bagaimana cara membuka tali ikatan pada punggung dan pinggang Dinda?”